Selama dua hari, tepatnya 18-19 Nopember 2015, sejumlah pemimpin negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) mengadakan konferensi tingkat tinggi yang diselenggarakan di Manila, Filipina. Berbagai isu dibicarakan oleh 21 perwakilan negara anggota. Fokus dari pertemuan tersebut menitikberatkan pada masalah kerjasama perekonomian. Akan tetapi ada hal lain yang juga menjadi perhatian dalam konferensi tersebut, yakni mengenai perubahan iklim serta perang melawan terorisme. Tulisan kali ini akan membahas poin-poin penting yang dihasilkan dalam KTT APEC 2015.
Tema KTT APEC 2015 adalah “Building Inclusive Economies, Building a Better World.” Prioritas utama pembicaraan adalah peningkatan integrasi perekonomian regional, pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk bersaing dikawasan regional maupun global, investasi pada pembangunan sumberdaya manusia, serta pembangunan komunitas yang kokoh dan berkelanjutan.
Perhatian juga ditujukan atas perlambatan laju perdagangan di wilayah Asia-Pasifik, lalu mengenai tidak stabilnya pasar menghadapi gejolak perekonomian, ketidakadilan yang berpengaruh pada kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan, serta tantangan dalam menghadapi perubahan iklim, penyakit, serta terorisme (www.apec.org).
Sementara perwakilan Indonesia mengemukakan isu utama terkait keinginan adanya pengurangan tarif atas produk perdagangan/komoditas pendukung pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan (development goods), misalnya kelapa sawit; kemudian kerjasama infrastruktur; dan kemitraan di bidang kemaritiman.
Adapun deklarasi para pemimipin APEC, seperti dikutip dari www.inquirer.net, antara lain adalah tekad untuk melakukan aksi nyata dalam membentuk komunitas se Asia-Pasifik yang stabil dan terintegrasi, termasuk komitmen yang berkelanjutan dalam hal perdamaian, stabilitas, pembangunan, dan kesejahteraan dalam area Asia-Pasifik.
Menyadari seriusnya ancaman terorisme pada dunia, para anggota APEC mengeluarkan seruan mengutuk semua aksi terorisme, termasuk metode dan praktik dalam segala bentuk dan manifestasinya. Selanjutnya ditekankan bahwa pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan kesempatan yang adil diantara anggota adalah kekuatan yang paling besar dalam menangani terorisme dan fundamentalisme. Disamping itu juga upaya peningkatan kerjasama internasional dan solidaritas dalam perlawanan terhadap terorisme.
Melemahnya permintaan global menumbuhkan pentingnya mempromosikan produk domestik, jasa, serta perdagangan jasa, kemudahan berinvestasi, investasi pada infrastruktur, sains dan teknologi, serta inovasi.
Selain itu ditekankan pula masalah kemiskinan yang mengalami peningkatan dibeberapa wilayah. Para anggota perwakilan KTT APEC pun menyadari bahwa diperlukan upaya untuk mereduksi dan memberantas kemiskinan tersebut. Adapun salah satu penyebab kemiskinan adalah ketidakadilan dalam pemeratan pertumbuhan ekonomi, sehingga pemberantasan kemiskinan menjadi penting dalam rangka pembangunan kesejahteraan se Asia-Pasifik.
Selanjutnya adalah kesadaran akan pentingnya peranan kaum perempuan, anak muda, penyandang disabilitas, kelompok berpendapatan rendah, serta UMKM dalam perwujudan pertumbuhan yang terbuka dan adil. Memberdayakan kelompok masyarakat ini akan memberikan manfaat bagi masa depan.
Kemudian penciptaan lingkungan perdagangan dan investasi yang transparan serta bisa diakses secara adil, baik dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan maupun penciptaan stabilitas pasar dan keuangan. Tujuannya agar perekonomian yang tercipta adalah perekonomian yang inovatif, saling terhubung, dan menjunjung tinggi kepentingan bersama.
Dari agenda-agenda pembicaraan tersebut, tercapailah sebuah kesepakatan yang memuat poin-poin penting sebagai berikut:
Dalam pembangunan ekonomi yang inklusif, antara lain:
ARTIKEL TERKAIT :
Sekilas tentang the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
SDGs: Perdamaian, Keadilan, dan Kerjasama Global untuk Pembangunan Jangka Panjang
Peluang dan Tantangan ASEAN Dalam Perekonomian Global
Seputar Kerjasama Trans-Pacific Partnership (TPP)
Tema KTT APEC 2015 adalah “Building Inclusive Economies, Building a Better World.” Prioritas utama pembicaraan adalah peningkatan integrasi perekonomian regional, pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk bersaing dikawasan regional maupun global, investasi pada pembangunan sumberdaya manusia, serta pembangunan komunitas yang kokoh dan berkelanjutan.
Perhatian juga ditujukan atas perlambatan laju perdagangan di wilayah Asia-Pasifik, lalu mengenai tidak stabilnya pasar menghadapi gejolak perekonomian, ketidakadilan yang berpengaruh pada kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan, serta tantangan dalam menghadapi perubahan iklim, penyakit, serta terorisme (www.apec.org).
Sementara perwakilan Indonesia mengemukakan isu utama terkait keinginan adanya pengurangan tarif atas produk perdagangan/komoditas pendukung pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan (development goods), misalnya kelapa sawit; kemudian kerjasama infrastruktur; dan kemitraan di bidang kemaritiman.
Adapun deklarasi para pemimipin APEC, seperti dikutip dari www.inquirer.net, antara lain adalah tekad untuk melakukan aksi nyata dalam membentuk komunitas se Asia-Pasifik yang stabil dan terintegrasi, termasuk komitmen yang berkelanjutan dalam hal perdamaian, stabilitas, pembangunan, dan kesejahteraan dalam area Asia-Pasifik.
Menyadari seriusnya ancaman terorisme pada dunia, para anggota APEC mengeluarkan seruan mengutuk semua aksi terorisme, termasuk metode dan praktik dalam segala bentuk dan manifestasinya. Selanjutnya ditekankan bahwa pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan kesempatan yang adil diantara anggota adalah kekuatan yang paling besar dalam menangani terorisme dan fundamentalisme. Disamping itu juga upaya peningkatan kerjasama internasional dan solidaritas dalam perlawanan terhadap terorisme.
Melemahnya permintaan global menumbuhkan pentingnya mempromosikan produk domestik, jasa, serta perdagangan jasa, kemudahan berinvestasi, investasi pada infrastruktur, sains dan teknologi, serta inovasi.
Selain itu ditekankan pula masalah kemiskinan yang mengalami peningkatan dibeberapa wilayah. Para anggota perwakilan KTT APEC pun menyadari bahwa diperlukan upaya untuk mereduksi dan memberantas kemiskinan tersebut. Adapun salah satu penyebab kemiskinan adalah ketidakadilan dalam pemeratan pertumbuhan ekonomi, sehingga pemberantasan kemiskinan menjadi penting dalam rangka pembangunan kesejahteraan se Asia-Pasifik.
Selanjutnya adalah kesadaran akan pentingnya peranan kaum perempuan, anak muda, penyandang disabilitas, kelompok berpendapatan rendah, serta UMKM dalam perwujudan pertumbuhan yang terbuka dan adil. Memberdayakan kelompok masyarakat ini akan memberikan manfaat bagi masa depan.
Kemudian penciptaan lingkungan perdagangan dan investasi yang transparan serta bisa diakses secara adil, baik dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan maupun penciptaan stabilitas pasar dan keuangan. Tujuannya agar perekonomian yang tercipta adalah perekonomian yang inovatif, saling terhubung, dan menjunjung tinggi kepentingan bersama.
Dari agenda-agenda pembicaraan tersebut, tercapailah sebuah kesepakatan yang memuat poin-poin penting sebagai berikut:
Dalam pembangunan ekonomi yang inklusif, antara lain:
- mendukung reformasi struktural yang kompehensif, mencapai kemajuan positif dalam perekonomian, sosial dan lingkungan, serta mempromosikan tata kelola yang baik.
- adanya upaya-upaya untuk memaksimalkan pasar keuangan serta mitigasi risikonya.
- meningkatkan lingkungan perdagangan yang responsif dimana produk dan jasa yang dihasilkan bisa bersaing, baik di area regional maupun global.
- membangun perekonomian yang tahan krisis.
- menumbuhkan urbanisasi yang berkualitas, agar bisa berperan aktif dalam pertumbuhan ekonomi.
- memberdayakan setiap individu agar mampu berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi.
- mencapai komunitas yang terintegrasi, komprehensif, serta sistematis.
- membangun sektor jasa yang lebih inklusif.
- bersama-sama seluruh stakeholder dalam menghadapi tantangan masa depan.
- memberikan dukungan penuh terhadap seluruh proses dalam APEC.
ARTIKEL TERKAIT :
Sekilas tentang the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
SDGs: Perdamaian, Keadilan, dan Kerjasama Global untuk Pembangunan Jangka Panjang
Peluang dan Tantangan ASEAN Dalam Perekonomian Global
Seputar Kerjasama Trans-Pacific Partnership (TPP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar