Dalam pembahasan mengenai perekonomian di sektor pertanian beberapa waktu lalu, secara sekilas disinggung tentang urban agriculture. Untuk itulah pada kesempatan kali ini kita akan mengulas lebih jauh mengenai urban agriculture. Pertama-tama kita mencari tahu mengenai hakikat urban agriculture, kemudian manfaat, dan tantangannya.
Organisasi pangan dunia, the Food and Agriculture Organization (FAO), mendefinisikan urban agriculture sebagai upaya membudidayakan tanaman dan memelihara binatang ternak dalam lahan terbatas pada kawasan perkotaan (www.fao.org).
Adapun produk dari budidaya tersebut beraneka ragam, mulai dari tanaman padi-padian (termasuk padi, gandum, dan sejenisnya), buah-buahan, dan sayur-sayuran. Untuk binatang peliharaan juga bermacam-macam, misalnya ayam, kelinci, ikan, kambing, dan sebagainya.
Sebagai catatan, beberapa literatur menggunakan terminologi urban farming dalam tulisannya. Akan tetapi pada prinsipnya tidak ada perbedaan antara urban agriculture dengan urban farming. Walaupun begitu, supaya tidak membingungkan, artikel ini tetap menggunakan istilah urban agriculture.
Lantas, apa pentingnya urban agriculture? Masih menurut FAO, urban agriculture memberikan banyak manfaat terutama dari sisi mikroekonomi, yakni pada sektor rumah tangga perkotaan. Mengingat bahwa lokasi budidaya masih berada dilingkup perkotaan, maka akan menghemat biaya transportasi dan penyimpanan, sehingga membuat harga menjadi lebih kompetitif.
Tujuan besar yang ingin dicapai sebenarnya adalah terwujudnya kemandirian pangan. Kemandirian pangan ini bukan sekadar menyangkut ketersediaan pangan, namun juga terkait dengan kualitas, harga, dan nilai nutrisi yang terkandung dalam produk pangan tersebut.
Dalam studinya, Farming Inside Cities: Entrepeneurial Urban Agriculture in the United States, Kauffman dan Bailkey (2000) mencatat beberapa manfaat dari urban agriculture, yakni:
Disamping kelebihan-kelebihan seperti tersebut diatas, ada pula sisi kekurangan dari urban agriculture, yaitu:
Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada, diperlukan sosialisasi serta dukungan nyata dari pemerintah setempat, baik dalam wujud sarana, infrastruktur, serta regulasi, sehingga progam ini mampu berjalan dengan baik.
Salah satu contoh dukungan pemerintah terhadap program urban agriculture berasal dari pemerintah kota Somerville, Massachusetts, Amerika Serikat yang membuat pedoman mengenai urban agriculture, mulai dari manfaat budidaya pangan dan hewan, detil kebutuhan lahan, cara membudidayakan, serta cara penjualannya. Bahkan dalam pedoman tersebut disertakan formulir pengajuan ijin pembudidayaan beserta persyaratannya (City of Somerville, Massachusetts. The ABC’s of Urban Agriculture, 2015).
Mengingat semakin besarnya kebutuhan pangan yang harus dipenuhi, terutama diwilayah perkotaan yang padat penduduk, maka penerapan urban agriculture atau urban farming bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut, selain untuk menggerakkan produktivitas perekonomian sektor perkotaan. **
ARTIKEL TERKAIT :
Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus
Problem Ketersediaan Perumahan di Kota Besar
Mengenal Konsep Cashless Society
Tinjauan tentang Modal Sosial (Social Capital) serta Kaitannya dengan Ekonomi dan Pembangunan
Organisasi pangan dunia, the Food and Agriculture Organization (FAO), mendefinisikan urban agriculture sebagai upaya membudidayakan tanaman dan memelihara binatang ternak dalam lahan terbatas pada kawasan perkotaan (www.fao.org).
Adapun produk dari budidaya tersebut beraneka ragam, mulai dari tanaman padi-padian (termasuk padi, gandum, dan sejenisnya), buah-buahan, dan sayur-sayuran. Untuk binatang peliharaan juga bermacam-macam, misalnya ayam, kelinci, ikan, kambing, dan sebagainya.
Sebagai catatan, beberapa literatur menggunakan terminologi urban farming dalam tulisannya. Akan tetapi pada prinsipnya tidak ada perbedaan antara urban agriculture dengan urban farming. Walaupun begitu, supaya tidak membingungkan, artikel ini tetap menggunakan istilah urban agriculture.
Lantas, apa pentingnya urban agriculture? Masih menurut FAO, urban agriculture memberikan banyak manfaat terutama dari sisi mikroekonomi, yakni pada sektor rumah tangga perkotaan. Mengingat bahwa lokasi budidaya masih berada dilingkup perkotaan, maka akan menghemat biaya transportasi dan penyimpanan, sehingga membuat harga menjadi lebih kompetitif.
Tujuan besar yang ingin dicapai sebenarnya adalah terwujudnya kemandirian pangan. Kemandirian pangan ini bukan sekadar menyangkut ketersediaan pangan, namun juga terkait dengan kualitas, harga, dan nilai nutrisi yang terkandung dalam produk pangan tersebut.
Dalam studinya, Farming Inside Cities: Entrepeneurial Urban Agriculture in the United States, Kauffman dan Bailkey (2000) mencatat beberapa manfaat dari urban agriculture, yakni:
- mengisi lahan-lahan kosong yang tidak produktif sehingga bisa memberikan nilai tambah pada perekonomian kota.
- meningkatkan citra positif publik, khususnya dalam relasi antar masyarakat perkotaan.
- meningkatkan lahan hijau dalam wilayah kota.
- memberikan kesempatan bagi rumah tangga yang berpenghasilan rendah (low-income household) untuk bisa mengonsumsi produk pangan yang berkualitas baik dan mengandung nilai nutrisi tinggi, dengan harga yang terjangkau.
Disamping kelebihan-kelebihan seperti tersebut diatas, ada pula sisi kekurangan dari urban agriculture, yaitu:
- lahan-lahan yang digunakan dalam budidaya dikhawatirkan tidak menghasilkan produk dengan kualitas yang diharapkan.
- kurangnya dukungan dari pemerintah setempat secara nyata, atau dengan kata lain keterlibatan pemerintah hanya sebatas gagasan.
- kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kemandirian pangan dalam jangka panjang.
- ketidakpedulian dari masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya.
Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada, diperlukan sosialisasi serta dukungan nyata dari pemerintah setempat, baik dalam wujud sarana, infrastruktur, serta regulasi, sehingga progam ini mampu berjalan dengan baik.
Salah satu contoh dukungan pemerintah terhadap program urban agriculture berasal dari pemerintah kota Somerville, Massachusetts, Amerika Serikat yang membuat pedoman mengenai urban agriculture, mulai dari manfaat budidaya pangan dan hewan, detil kebutuhan lahan, cara membudidayakan, serta cara penjualannya. Bahkan dalam pedoman tersebut disertakan formulir pengajuan ijin pembudidayaan beserta persyaratannya (City of Somerville, Massachusetts. The ABC’s of Urban Agriculture, 2015).
Mengingat semakin besarnya kebutuhan pangan yang harus dipenuhi, terutama diwilayah perkotaan yang padat penduduk, maka penerapan urban agriculture atau urban farming bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut, selain untuk menggerakkan produktivitas perekonomian sektor perkotaan. **
ARTIKEL TERKAIT :
Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus
Problem Ketersediaan Perumahan di Kota Besar
Mengenal Konsep Cashless Society
Tinjauan tentang Modal Sosial (Social Capital) serta Kaitannya dengan Ekonomi dan Pembangunan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar