Artikel ini merupakan bagian pertama dari serangkaian tulisan tentang tembakau. Pada ulasan ini kita akan mempelajari sejarah perkembangan tembakau, sementara bagian selanjutnya mambahas dampak produk olahan tembakau (rokok, cerutu, dan sebagainya) pada kesehatan dan perekonomian.
Tembakau (tobacco) atau Nicotiana Tabacum, merupakan tanaman berdaun hijau yang banyak tumbuh di iklim hangat. Tanaman ini dikenali dari bentuk daunnya yang besar dan lebar, serta aromanya yang khas.
Tanaman tembakau diberdayakan untuk dijadikan bahan dasar rokok dan produk sejenis (kretek, cerutu, dan sigaret). Di beberapa wilayah dunia, tanaman ini juga dimanfaatkan dengan cara dikunyah (dihisap) dalam mulut.
1. SEJARAH TANAMAN TEMBAKAU DAN PRODUK OLAHAN TEMBAKAU.
Tembakau mulai dikenal sejak beberapa abad silam. Menurut catatan, suku Maya di Meksiko (era 600 – 900 Masehi), telah mengunakan tembakau dalam aktivitas sehari-hari; terbukti dari lukisan pada batu peninggalan suku tersebut.
Tembakau juga digunakan oleh suku asli Amerika (Native American) untuk tujuan spiritual dan penyembuhan. Biasanya para kepala suku dan dukun adat menggunakan semacam pipa untuk menghisap tembakau dalam ritual tersebut.
Tercatat dalam salah satu pelayarannya (era 1490'an), Christopher Columbus pernah ditawari tembakau kering oleh penduduk setempat (yang kemudian dinamai suku Indian); dari peristiwa itulah tembakau dibawa ke Eropa dan mulai dikenal disana.
Kemudian pada era 1600’an, tembakau mulai ditanam untuk tujuan komersial. Bahkan kabarnya, Presiden Amerika Serikat pertama, George Washington, juga memiliki kebun tembakau.
Di era 1800’an, konsumsi tembakau dan produk tembakau mulai meningkat, baik untuk dikunyah secara langsung, maupun dihisap dengan pipa atau dilinting secara manual (setelah melalui proses pembakaran.
Sementara nikotin (nicotine), sebagai zat berbahaya yang terdapat pada tembakau, ditemukan pada 1826.
Sedangkan mesin tembakau pertama kali diperkenalkan oleh James Bonsack di 1881.
Era ini menandai berkembangnya produk olahan tembakau dalam skala besar. Produksi yang dihasilkan oleh mesin Bonsak bisa mencapai 120 ribu sigaret setiap harinya.
Pada awal 1900’an, bisnis tembakau modern mulai bermunculan, diantaranya The American Tobacco Company dan Philip Morris Company.
Berkat industri tersebut, hingga 1944, produksi rokok bisa mencapai 300 miliar batang/tahun
(Jacobs, M. From The First To The Lash Ash: The History, Economics, & Hazards of Tobacco, 2005).
Sejak saat itu, rokok mulai terkenal dan banyak dikonsumsi, baik dalam seni pertunjukan (film-film barat/western), dimana rokok menjadi populer karena adegan-adegan yang memperlihatkan pemain sedang merokok, maupun saat perang dunia, dimana para tentara mengkonsumsi rokok (kemungkinan untuk mengurangi ketegangan atau ketakutan)..
Lalu pada kurun 1980’an hingga saat ini, produksi rokok mengalami dinamika, terutama sejak munculnya temuan medis yang menyebutkan dampak negatif rokok terhadap kesehatan.
Pada era ini, rokok dengan kadar tar dan nikotin rendah lebih banyak diproduksi.
2. PRODUK OLAHAN TEMBAKAU SEBAGAI KOMODITAS EKONOMI.
Dari perspektif ekonomi, produk olahan tembakau merupakan komoditas yang menghasilkan banyak keuntungan. Ini bisa dilihat dari data statistik konsumen rokok. Pada 1998 saja, produksi rokok dalam skala global berada dikisaran 5.58 triliun batang.
Sementara jumlah perokok aktif usia 15 tahun keatas di seluruh dunia: untuk negara maju sekitar 275 juta laki-laki dan 150 juta perempun, sedangkan di negara berkembang sekitar 700 juta laki-laki dan 100 juta perempuan; sehingga totalnya mencapai 1.225 miliar perokok aktif secara global.
Catatan menariknya adalah: jumlah perempuan perokok di negara maju jauh lebih banyak daripada perempuan perokok di negara berkembang (Mackay and Eriksen. The Tobacco Atlas, the World Health Organization, 2002).
Seiring dengan makin ketatnya peraturan tentang tembakau dan produk olahannya di negara maju, beberapa produsen rokok raksasa mengalihkan pemasaran produknya ke berbagai negara berkembang, mulai dari Meksiko, Brazil, Eropa Timur, Semenanjung Arab, hingga Asia-Pasifik.
Penelitian menyebutkan jika peningkatan konsumsi rokok tumbuh sangat pesat di kawasan Asia Tenggara, khususnya Malaysia, Indonesia, dan Vietnam.
Demikian uraian terkait sejarah perkembangan tembakau. **
ARTIKEL TERKAIT :
Melawan Efek Negatif Asap Rokok
Dampak Negatif Asap Rokok dan Upaya Pencegahannya
Kesehatan, Pendidikan, dan Kesetaraan Gender dalam Sustainable Development Goals
Peranan Sektor Kesehatan dalam Pembangunan
Tembakau (tobacco) atau Nicotiana Tabacum, merupakan tanaman berdaun hijau yang banyak tumbuh di iklim hangat. Tanaman ini dikenali dari bentuk daunnya yang besar dan lebar, serta aromanya yang khas.
Tanaman tembakau diberdayakan untuk dijadikan bahan dasar rokok dan produk sejenis (kretek, cerutu, dan sigaret). Di beberapa wilayah dunia, tanaman ini juga dimanfaatkan dengan cara dikunyah (dihisap) dalam mulut.
1. SEJARAH TANAMAN TEMBAKAU DAN PRODUK OLAHAN TEMBAKAU.
Tembakau mulai dikenal sejak beberapa abad silam. Menurut catatan, suku Maya di Meksiko (era 600 – 900 Masehi), telah mengunakan tembakau dalam aktivitas sehari-hari; terbukti dari lukisan pada batu peninggalan suku tersebut.
Tembakau juga digunakan oleh suku asli Amerika (Native American) untuk tujuan spiritual dan penyembuhan. Biasanya para kepala suku dan dukun adat menggunakan semacam pipa untuk menghisap tembakau dalam ritual tersebut.
Tercatat dalam salah satu pelayarannya (era 1490'an), Christopher Columbus pernah ditawari tembakau kering oleh penduduk setempat (yang kemudian dinamai suku Indian); dari peristiwa itulah tembakau dibawa ke Eropa dan mulai dikenal disana.
Kemudian pada era 1600’an, tembakau mulai ditanam untuk tujuan komersial. Bahkan kabarnya, Presiden Amerika Serikat pertama, George Washington, juga memiliki kebun tembakau.
Di era 1800’an, konsumsi tembakau dan produk tembakau mulai meningkat, baik untuk dikunyah secara langsung, maupun dihisap dengan pipa atau dilinting secara manual (setelah melalui proses pembakaran.
Sementara nikotin (nicotine), sebagai zat berbahaya yang terdapat pada tembakau, ditemukan pada 1826.
Sedangkan mesin tembakau pertama kali diperkenalkan oleh James Bonsack di 1881.
Era ini menandai berkembangnya produk olahan tembakau dalam skala besar. Produksi yang dihasilkan oleh mesin Bonsak bisa mencapai 120 ribu sigaret setiap harinya.
Pada awal 1900’an, bisnis tembakau modern mulai bermunculan, diantaranya The American Tobacco Company dan Philip Morris Company.
Berkat industri tersebut, hingga 1944, produksi rokok bisa mencapai 300 miliar batang/tahun
(Jacobs, M. From The First To The Lash Ash: The History, Economics, & Hazards of Tobacco, 2005).
Sejak saat itu, rokok mulai terkenal dan banyak dikonsumsi, baik dalam seni pertunjukan (film-film barat/western), dimana rokok menjadi populer karena adegan-adegan yang memperlihatkan pemain sedang merokok, maupun saat perang dunia, dimana para tentara mengkonsumsi rokok (kemungkinan untuk mengurangi ketegangan atau ketakutan)..
Lalu pada kurun 1980’an hingga saat ini, produksi rokok mengalami dinamika, terutama sejak munculnya temuan medis yang menyebutkan dampak negatif rokok terhadap kesehatan.
Pada era ini, rokok dengan kadar tar dan nikotin rendah lebih banyak diproduksi.
2. PRODUK OLAHAN TEMBAKAU SEBAGAI KOMODITAS EKONOMI.
Dari perspektif ekonomi, produk olahan tembakau merupakan komoditas yang menghasilkan banyak keuntungan. Ini bisa dilihat dari data statistik konsumen rokok. Pada 1998 saja, produksi rokok dalam skala global berada dikisaran 5.58 triliun batang.
Sementara jumlah perokok aktif usia 15 tahun keatas di seluruh dunia: untuk negara maju sekitar 275 juta laki-laki dan 150 juta perempun, sedangkan di negara berkembang sekitar 700 juta laki-laki dan 100 juta perempuan; sehingga totalnya mencapai 1.225 miliar perokok aktif secara global.
Catatan menariknya adalah: jumlah perempuan perokok di negara maju jauh lebih banyak daripada perempuan perokok di negara berkembang (Mackay and Eriksen. The Tobacco Atlas, the World Health Organization, 2002).
Seiring dengan makin ketatnya peraturan tentang tembakau dan produk olahannya di negara maju, beberapa produsen rokok raksasa mengalihkan pemasaran produknya ke berbagai negara berkembang, mulai dari Meksiko, Brazil, Eropa Timur, Semenanjung Arab, hingga Asia-Pasifik.
Penelitian menyebutkan jika peningkatan konsumsi rokok tumbuh sangat pesat di kawasan Asia Tenggara, khususnya Malaysia, Indonesia, dan Vietnam.
Demikian uraian terkait sejarah perkembangan tembakau. **
ARTIKEL TERKAIT :
Melawan Efek Negatif Asap Rokok
Dampak Negatif Asap Rokok dan Upaya Pencegahannya
Kesehatan, Pendidikan, dan Kesetaraan Gender dalam Sustainable Development Goals
Peranan Sektor Kesehatan dalam Pembangunan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar