19-20 Mei 2016 menjadi salah satu momen penting dalam kerjasama antara ASEAN dengan Rusia (the Russian Federation), karena pada saat itu terjadi pertemuan puncak pemimpin negara-negara ASEAN dengan pemimpin Rusia (the 3rd ASEAN-Russia Summit). Adapun pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mempertegas kerjasama multilateral dalam kemitraan strategis. Oleh karenanya, artikel ini akan mengulas arti penting kerjasama antara ASEAN dengan Rusia.
Pertama-tama kita akan melihat data ekonomi ASEAN maupun Rusia. Menurut data yang tercantum dalam situs resmi ASEAN, jumlah populasi penduduk sepuluh anggota ASEAN pada 2014 kurang lebih mencapai 620 juta jiwa, dengan total GDP sebesar US$ 2.57 triliun pada tahun yang sama. Adapun pertumbuhan GDP rata-rata tercatat sebesar 4.7% (www.asean.org).
Di lain pihak, data the World Bank menunjukkan bahwa Rusia termasuk dalam kategori high-income country (negara berpendapatan tinggi), dengan besaraan GDP di angka US$ 1.86 triliun pada 2014. Sementara di tahun yang sama, Rusia memiliki populasi penduduk kurang lebih sebesar 143.8 juta jiwa (www.data.worldbank.org).
Runtuhnya Uni Soviet diawal dekade 1990’an membawa dampak buruk pada kondisi perekonomian domestik, terutama di sektor konsumsi dan investasi. Boris Yeltsin, yang terpilih untuk memimpin Rusia setelah berakhirnya era Uni Soviet, melakukan transformasi dan rekonstruksi dalam bidang perekonomian, antara lain melalui penjajakan kerjasama bilateral dan multilateral.
Adapun peranan Rusia dalam kerjasama perdagangan di kawasan Asia-Pasifik antara lain bisa dilihat melalui forum kerjasama the Russian National Committee for Pacific Economic Cooperation (RNCPEC) dan the Pacific Economic Cooperation Council (PECC) pada 1992.
Rusia juga berpartisipasi dalam the ASEAN Regional Forum (ARF) sejak 1994, serta menjadi anggota penuh organisasi the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada 1998. Bagi Rusia, posisi strategis Asia-Pasifik, baik dalam hal perdagangan, lalu-lintas barang dan jasa, serta peluang kerjasama lintas budaya menjadi alasan penting mengapa negara tersebut menjalin kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.
Lebih jauh, dialog antara Rusia dengan ASEAN (the ASEAN-Russia Dialogue Partnership) telah dimulai sejak Rusia diundang sebagai tamu dalam pertemuan resmi tingkat menteri ASEAN (the 24th ASEAN Ministerial Meeting/AMM), di Kuala Lumpur, Malaysia pada 1991, dan berlanjut pada saat pertemuan AMM ke-29 di Jakarta, Indonesia pada 1996. Adapun dialog antara ASEAN-Rusia banyak membahas mengenai kondisi politik dan keamanan kawasan serta peningkatan kerjasama pada dua sektor tersebut.
Kemudian pada 2004 Rusia terlibat dalam pembahasan kerjasama untuk pemberantasan terorisme internasional (Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism) dan rencana kerja penanganan terorisme dan kejahatan transnasional (Work Plan on Countering Terrorism and Transnational Crime).
Selain mengenai penanggulangan tindak kejahatan internasional, kerjasama juga diupayakan dalam bidang industri energi serta pengembangan sumberdaya energi alternatif, peningkatan infrastruktur produksi dan konsumsi energi, pemanfaatan sumberdaya nuklir secara damai, serta penelitian atas sumber-sumber gas alam, minyak bumi, dan batubara.
Pertemuan puncak ASEAN-Rusia pertama kali diadakan pada 13 Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia, membahas tentang kerjasama politik dan ekonomi, penanganan persoalan regional dan internasional, termasuk program pengembangan senjata nuklir Korea Utara, pembangunan di Irak dan Afganistan serta isu-isu lain yang terjadi di kawasan timur tengah, dan reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sementara pertemuan puncak ASEAN-Rusia kedua dilaksanakan di Hanoi, Vietnam pada 30 Oktober 2010, dengan fokus utama pada peningkatan keamaanan wilayah Asia-Pasifik serta upaya-upaya untuk mengatasi krisis finansial. Dalam pertemuan tersebut dibahas pula tentang perkembangan industri pembangkit tenaga nuklir serta pemberantasan kejahatan terorganisir dan penyelundupan obat-obatan terlarang.
Selanjutnya, dalam pertemuan puncak ASEAN-Rusia ketiga yang berlangsung pada 19-20 Mei 2016, sekaligus menandai 20 tahun kerjasama ASEAN-Rusia, dihasilkan kesepakatan bersama yang tertuang dalam Sochi Declaration, Moving Towards a Strategic Partnership for Mutual Benefit, yang berisi 49 poin kesepakatan menyangkut penguatan kerjasama dibidang politik dan keamanan, ekonomi, sosial-kebudayaan, dan pengurangan kesenjangan (gap) dalam pembangunan (ASEAN-Russia Summit. Sochi Declaration, May 19-20, 2016).
Berikut catatan positif mengenai kerjasama antara ASEAN dengan Rusia:
ARTIKEL TERKAIT :
Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018
Dinamika Kerjasama ASEAN Plus Three (APT)
Pertumbuhan Populasi Penduduk Dunia beserta Permasalahannya
Peluang dan Tantangan ASEAN dalam Perekonomian Global
Pertama-tama kita akan melihat data ekonomi ASEAN maupun Rusia. Menurut data yang tercantum dalam situs resmi ASEAN, jumlah populasi penduduk sepuluh anggota ASEAN pada 2014 kurang lebih mencapai 620 juta jiwa, dengan total GDP sebesar US$ 2.57 triliun pada tahun yang sama. Adapun pertumbuhan GDP rata-rata tercatat sebesar 4.7% (www.asean.org).
Di lain pihak, data the World Bank menunjukkan bahwa Rusia termasuk dalam kategori high-income country (negara berpendapatan tinggi), dengan besaraan GDP di angka US$ 1.86 triliun pada 2014. Sementara di tahun yang sama, Rusia memiliki populasi penduduk kurang lebih sebesar 143.8 juta jiwa (www.data.worldbank.org).
Runtuhnya Uni Soviet diawal dekade 1990’an membawa dampak buruk pada kondisi perekonomian domestik, terutama di sektor konsumsi dan investasi. Boris Yeltsin, yang terpilih untuk memimpin Rusia setelah berakhirnya era Uni Soviet, melakukan transformasi dan rekonstruksi dalam bidang perekonomian, antara lain melalui penjajakan kerjasama bilateral dan multilateral.
Adapun peranan Rusia dalam kerjasama perdagangan di kawasan Asia-Pasifik antara lain bisa dilihat melalui forum kerjasama the Russian National Committee for Pacific Economic Cooperation (RNCPEC) dan the Pacific Economic Cooperation Council (PECC) pada 1992.
Rusia juga berpartisipasi dalam the ASEAN Regional Forum (ARF) sejak 1994, serta menjadi anggota penuh organisasi the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada 1998. Bagi Rusia, posisi strategis Asia-Pasifik, baik dalam hal perdagangan, lalu-lintas barang dan jasa, serta peluang kerjasama lintas budaya menjadi alasan penting mengapa negara tersebut menjalin kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.
Lebih jauh, dialog antara Rusia dengan ASEAN (the ASEAN-Russia Dialogue Partnership) telah dimulai sejak Rusia diundang sebagai tamu dalam pertemuan resmi tingkat menteri ASEAN (the 24th ASEAN Ministerial Meeting/AMM), di Kuala Lumpur, Malaysia pada 1991, dan berlanjut pada saat pertemuan AMM ke-29 di Jakarta, Indonesia pada 1996. Adapun dialog antara ASEAN-Rusia banyak membahas mengenai kondisi politik dan keamanan kawasan serta peningkatan kerjasama pada dua sektor tersebut.
Kemudian pada 2004 Rusia terlibat dalam pembahasan kerjasama untuk pemberantasan terorisme internasional (Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism) dan rencana kerja penanganan terorisme dan kejahatan transnasional (Work Plan on Countering Terrorism and Transnational Crime).
Selain mengenai penanggulangan tindak kejahatan internasional, kerjasama juga diupayakan dalam bidang industri energi serta pengembangan sumberdaya energi alternatif, peningkatan infrastruktur produksi dan konsumsi energi, pemanfaatan sumberdaya nuklir secara damai, serta penelitian atas sumber-sumber gas alam, minyak bumi, dan batubara.
Pertemuan puncak ASEAN-Rusia pertama kali diadakan pada 13 Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia, membahas tentang kerjasama politik dan ekonomi, penanganan persoalan regional dan internasional, termasuk program pengembangan senjata nuklir Korea Utara, pembangunan di Irak dan Afganistan serta isu-isu lain yang terjadi di kawasan timur tengah, dan reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sementara pertemuan puncak ASEAN-Rusia kedua dilaksanakan di Hanoi, Vietnam pada 30 Oktober 2010, dengan fokus utama pada peningkatan keamaanan wilayah Asia-Pasifik serta upaya-upaya untuk mengatasi krisis finansial. Dalam pertemuan tersebut dibahas pula tentang perkembangan industri pembangkit tenaga nuklir serta pemberantasan kejahatan terorganisir dan penyelundupan obat-obatan terlarang.
Selanjutnya, dalam pertemuan puncak ASEAN-Rusia ketiga yang berlangsung pada 19-20 Mei 2016, sekaligus menandai 20 tahun kerjasama ASEAN-Rusia, dihasilkan kesepakatan bersama yang tertuang dalam Sochi Declaration, Moving Towards a Strategic Partnership for Mutual Benefit, yang berisi 49 poin kesepakatan menyangkut penguatan kerjasama dibidang politik dan keamanan, ekonomi, sosial-kebudayaan, dan pengurangan kesenjangan (gap) dalam pembangunan (ASEAN-Russia Summit. Sochi Declaration, May 19-20, 2016).
Berikut catatan positif mengenai kerjasama antara ASEAN dengan Rusia:
- Data ekonomi menunjukkan bahwa total perdagangan ASEAN-Rusia hanya berkisar di angka US$ 638.1 juta pada 1993, kemudian meningkat menjadi US$ 1,000 juta pada 1998, berlipat menjadi US$ 3.1 milliar pada 2004, dan terakhir meningkat hingga mencapai US$ 22.5 milliar pada 2014 (www. asean.org, ASEAN Statistical Yearbook 2014, July 31, 2015).
- Kerjasama ASEAN-Rusia bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, namun juga menghasilkan solusi atas persoalan keamanan, terutama menyangkut pemberantasan terorisme. Disamping itu, ASEAN juga mendapatkan keuntungan dari munculnya kekuatan baru dalam hubungan multilateral, selain China, Jepang, dan Amerika Serikat (Kato, M. Russia’s Multilateral Diplomacy in the Process of Asia-Pacific Regional Integration: The Significance of ASEAN for Russia, 2007).
- Menurut ASEAN Tourism Statistic Database, terdapat aliran pengunjung dari Rusia yang datang ke ASEAN pada 2014 sebesar 2.37 juta jiwa. Selain itu, pada sektor pariwisata terjalin kerjasama kebudayaan yang diwujudkan dalam pertukaran produk-produk budaya, seperti seni musik, film, seni pertunjukan/panggung, museum, perpustakaan, situs wisata, seni tari, kerajinan tangan, serta industri kreatif. Bahkan 2016 ditetapkan sebagai tahun budaya ASEAN-Rusia (the ASEAN-Russia Year of Culture).
ARTIKEL TERKAIT :
Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018
Dinamika Kerjasama ASEAN Plus Three (APT)
Pertumbuhan Populasi Penduduk Dunia beserta Permasalahannya
Peluang dan Tantangan ASEAN dalam Perekonomian Global
Tidak ada komentar:
Posting Komentar