coba

Memahami Konsep Ekonomi Berbasis Pengetahuan (Knowledge-based Economy), Pondasi Utama Perekonomian Modern

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula cara pandang manusia dalam berpikir dan berkreasi. Demikian halnya dengan metode menciptakan produk dan layanan. Dalam ilmu ekonomi terdapat satu konsep baru yang patut untuk dipelajari, yakni Knowledge-based Economy (KBE) atau ekonomi berbasis pengetahuan. Oleh karenanya, tulisan ini akan membahas Knowledge-based Economy (KBE).

Pergeseran Pola Industri dan Ekonomi.
Jika sekian dasawarsa lalu, perekonomian ditandai dengan model industri padat karya (labor-intensive industries) dan padat modal (capital-intensive industries), maka beberapa tahun belakangan ini, model tersebut mulai mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komputer, jaringan internet, dan temuan teknologi lainnya.

Dari sinilah kemudian dikenal konsep Knowledge-based Economy (KBE). KBE diyakini menjadi pondasi bagi perekonomian modern yang mampu mempengaruhi proses kerja, perilaku tenaga kerja, serta komunitas masyarakat sebagai konsumen.



Lebih jauh, KBE ditandai dengan adanya keterbukaan ekonomi dalam lingkup global, kompetisi dan saling ketergantungan antara bisnis, investasi, maupun perdagangan, serta pengembangan teknologi dan pengetahuan sebagai unsur daya saing.

Salah seorang pakar manajemen, Peter F. Drucker, pernah menyatakan bahwa informasi dan pengetahuan akan menjadi kunci utama keberhasilan ekonomi di masa depan (Drucker, Peter F. The Age of Discontinuity: Guidelines to Our Changing Society, 1992).

Bahkan, jauh sebelum masifnya perkembangan teknologi yang kita kenal saat ini, Robert M. Solow pernah menjelaskan mengenai dampak perubahan teknologi (technical change) terhadap produktivitas dalam produksi barang dan jasa, yang secara simultan juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara agregat (secara ringkas studi Robert M. Solow dijelaskan dalam artikel Perkembangan Teknologi dan Industrialisasi di Jepang).

Kerangka Pikir Knowledge-based Economy (KBE).
The World Bank menyatakan bahwa knowledge-based economy (KBE) merupakan model ekonomi yang menstimulasi kreativitas, kreasi, penyemaian, serta penerapan pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan; sekaligus mengakselerasi sistem yang efektif bagi pendidikan dan pelatihan, teknologi informasi dan komunikasi, riset dan pengembangan, serta inovasi.

Kemudian, untuk mengukur dan memonitor perkembangan KBE, Bank Dunia menggunakan indeks yang dinamai the Knowledge Economy Index (KEI), dimana terdapat empat pilar yang menjadi dasar penilaian, yakni:
  • Kerangka institusi/organisasi serta insentif ekonomi untuk menghasilkan efisiensi dalam pemanfaatan pengetahuan dan pengembangan jiwa kewirausahaan.
  • Masyarakat terdidik dan terlatih yang mampu menciptakan, berbagi, dan memanfaatkan pengetahuan dengan baik.
  • Sistem infrastruktur teknologi dan inovasi yang efisien, baik bagi perusahaan, pusat penelitian, universitas, konsultan, dan organisasi lain, dalam penciptaan teknologi baru, sehingga mampu bersaing dalam lingkungan global.
  • Teknologi informasi dan komunikasi yang mampu memfasilitasi karya kreatif serta pengembangan dan pemrosesan informasi.
(World Bank. Knowledge Assessment Methodology, 2012).

Disamping itu terdapat beberapa unsur yang melekat pada konsep KBE, antara lain:
  • Investasi pada riset dan pengembangan (R&D).
  • Inovasi, baik dalam hal produk, produksi, pasar, maupun pemasaran.
  • Pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship), khususnya pada industri berbasis teknologi (hi-tech industries), baik yang berskala kecil maupun besar.
  • Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology/ICT).
  • Peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (tertiary-level education).
  • Peningkatan keterampilan dan profesionalitas.

Ada pula hal-hal yang menjadi prasyarat bagi tumbuh-kembang KBE, yakni:
  • adanya unsur kepercayaan (trust) yang menjadi pondasi dari setiap pengambilan keputusan dan manajemen risiko.
  • kebebasan melakukan aktivitas berdasarkan kreativitas untuk diaplikasikan dalam pengambilan keputusan.
  • keberagaman pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu.
  • adanya tantangan yang memunculkan kreativitas individu untuk berkarya.
  • pertukaran pengetahuan dan ide dalam lingkungan yang memiliki beragam sumber informasi dan pengalaman.
  • hasil (output) yang memotivasi tumbuhnya kreativitas baru.

Peran pengambil kebijakan publik (pemerintah) juga sangat krusial dalam menentukan keberhasilan KBE. Adapun peran tersebut antara lain diwujudkan dengan:
  • Penguatan perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual (intellectual-property right).
  • Peningkatan iklim dan lingkungan bisnis yang memiliki daya saing berskala global.
  • Peningkatan peran pemerintah dalam kemudahan akses terhadap teknologi modern.

Sementara Asian Development Bank (ADB), dalam studinya menegaskan bahwa ekonomi berbasis pengetahuan merupakan kekuatan sekaligus kesempatan bagi negara-negara di Asia untuk bersaing di level internasional. KBE juga dipercaya mampu mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang sekaligus menekan kesenjangan pendapatan (income inequality).

Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut diperlukan model pemerintah yang ‘bersahabat’ selagi tetap sebagai regulator yang efektif, serta jalinan kerjasama antar institusi pemerintah sebagai daya dukung pengembangan KBE, misalnya institusi yang berkaitan dengan peningkatan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM/SMEs), koperasi, serta perdagangan dan perindustrian (Asian Development Bank. Advancing the Knowledge-Based Economy: The Next Policy Agenda, 2014).

ADB juga merilis indeks yang menilai performa KBE di negara-negara Asia yang tertuang dalam the Knowledge Economy Index (KEI). Dalam laporannya, beberapa negara yang memiliki skor tinggi dalam indeks ini antara lain adalah Taiwan, Hongkong, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Sementara KBE Index untuk Indonesia masih dibawah Sri Lanka, Vietnam, dan Uzbekistan.

Interkoneksi antara Knowledge-based Economy, Creative-based Economy, dan Cluster-based Economy.
Dari uraian diatas dapat ditarik benang merah keterkaitan antara KBE, creative-based economy, serta cluster-based economy. Pertama, saat terjadi perubahan pola pikir dan perspektif ekonomi dari yang semula terfokus pada faktor tenaga kerja serta kekuatan modal, menjadi berfokus pada penguasaan ilmu pengetahuan sebagai pondasi aktivitas perekonomian, lahirlah konsep knowledge-based economy.

Ketika KBE diterapkan dalam praktik, maka lahir pula istilah baru sebagai pengembangan konsep KBE, yakni creative-based economy/creative economy atau ekonomi berbasis kreativitas/ekonomi kreatif. Dengan kata lain, creative-based economy lahir dari rahim knowledge-based economy.

Lantas, pada saat individu-individu dan kelompok komunitas menerapkan ekonomi berbasis kreativitas, dimana mereka mengandalkan pemikiran-pemikiran baru (out of the box) yang ditandai dengan berbagai inovasi dan terobosan-terobosan, mereka berkumpul dan bekerjasama dalam satu area tertentu, sehingga proses inovasi dan kreativitas mengalami akselerasi.

Dari sinilah kemudian terbentuk cluster-cluster ekonomi, tempat mereka menciptakan ide, mengembangkan gagasan, dan men’transformasikannya dalam bentuk produk dan/atau jasa. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah cluster-based economy.

Penutup.
Perubahan pola pikir dan cara pandang manusia telah mengubah perspektif ekonomi dan model industri, dari yang semula berfokus pada faktor tenaga kerja dan modal, bergeser dengan menjadikan ilmu pengetahuan (knowledge) sebagai pondasi kekuatan perekonomian; perubahan yang mendasari lahirnya konsep knowledge-based economy (KBE). **



ARTIKEL TERKAIT :
Peran dan Tantangan Industri FinTech (Financial Technology) dalam Perekonomian
Peranan Sektor Pariwisata (Travel and Tourism) dalam Pembangunan Ekonomi
Menyoroti Perkembangan Industri Ritel (Retail Industry) di Era Digitalisasi
Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar