Pada tulisan sebelumnya telah dibahas mengenai konsep cluster-based economy. Pada kesempatan kali ini kita akan melihat salah satu model cluster-based economy atau agglomeration economies yang menjadi benchmark studi-studi terkait pembangunan kawasan (spatial development), yakni Silicon Valley.
Terletak di bagian selatan the San Francisco Bay Area, Amerika Serikat, sampai dengan saat ini Silicon valley disebut sebagai pembangunan kawasan industri yang paling sukses, sekaligus sebagai pusat inovasi dunia, terutama dibidang teknologi informasi.
Secara geografis, Silicon Valley memiliki luas wilayah sekitar 2,980 km2, dihuni populasi kurang-lebih sebanyak 3.0 juta jiwa. Industri-industri yang terdapat di area ini rata-rata menghasilkan pendapatan hingga US$ 122 ribu per tahun.
Tercatat pula bahwa pendapatan per kapita di kawasan Silicon Valley pada 2014 mencapai US$ 79.1 ribu, atau meningkat US$ 1,460 dari tahun sebelumnya (Joint Venture Silicon Valley, 2016 Silicon Valley Index: People, Economy, Society, Place, Governance, 2016).
Adapun tenaga kerja di lingkungan Silicon Valley mayoritas berisi individu yang berlatar pendidikan tinggi, setidaknya ada lebih dari 70% tenaga kerja merupakan lulusan diploma, sarjana, serta pendidikan pasca sarjana. Tenaga kerja tersebut berasal dari berbagai wilayah, baik yang merupakan penduduk lokal maupun imigran dari negara lain.
Disamping itu, rata-rata produktivitas tenaga kerja di Silicon Valley pada 2013 lebih tinggi sekitar 62% apabila dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja Amerika Serikat di area lain. Produktivitas ini mendorong tingginya daya saing produk dan jasa yang dihasilkan di kawasan Silicon Valley.
Sementara industri yang terkait dengan inovasi menyumbang sekitar 33% dari total output pada 2013, dan mempekerjakan lebih dari 26% tenaga kerja dari total tenaga kerja yang ada dalam area tersebut.
Inovasi, yang diukur dengan jumlah hak paten (registered patent) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan laju yang tergolong pesat. Pada 2014 ada sekitar 19.40 ribu hak paten yang dihasilkan, meningkat dari tahun sebelumnya yang berada diangka 16.97 ribu.
Apabila digambarkan secara periodisasi, maka perkembangan kawasan Silicon Valley bisa dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
Sementara Milner menyatakan bahwa salah satu milestone dalam perkembangan cluster ini dimulai ketika Stanford University mengembangkan penelitian-penelitian dan merealisasikan temuan-temuan studi kedalam bisnis dan industri.
Pada 1930’an, seorang profesor dari Stanford University, Fredrick Terman mengajak mahasiswanya saat itu, William Hewlett dan David Packard untuk memulai sebuah bisnis berupa produksi audio-oscilator. Bisnis tersebut kemudian menjelma menjadi salah satu industri yang dikenal diseluruh dunia, yakni Hewlett-Packard, dengan bermacam produk mulai dari komputer desktop, laptop, printer, dan perangkat lainnya.
Dalam perkembangannya, di 1970’an muncul ilmuwan-ilmuwan muda seperti Steve Jobs dan Steve Wozniak yang menggagas lahirnya produk komputer Apple.
Kemudian periode 1994 muncul lagi entrepreneur-entrepreneur baru, diantaranya Jerry Yang dan David Filo yang menjadi pelopor lahirnya mesin pencari Yahoo! (Yahoo! search engine) (Milner, Nick, A Brief History of Silicon Valley, 2008).
Secara garis besar, Silicon Valley merupakan rumah bagi lebih dari 20 ribu perusahaan berteknologi tinggi (high-tech companies), seperti Hewlett-Packard, Intel, Apple, eBay, Yahoo, dan lain-lain, serta para profesional yang penuh dedikasi dalam mengembangkan inovasi.
Ada beberapa poin penting yang bisa dipelajari dari model cluster-based economy seperti yang ditunjukkan oleh Silicon Valley, diantaranya:
Pada akhirnya, melalui nama-nama besar yang lahir di Silicon Valley, diperoleh pelajaran penting bahwa dengan komitmen, tujuan yang terarah, serta pengembangan inovasi, akan membentuk peta menuju kesuksesan. **
ARTIKEL TERKAIT :
Peran dan Tantangan Industri FinTech (Financial Technology) dalam Perekonomian
Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)
Mengenal Konsep Ekonomi Berbasis Kreativitas (Creative-based Economy)
Memahami Konsep Ekonomi Berbasis Pengetahuan (Knowledge-based Economy)
Terletak di bagian selatan the San Francisco Bay Area, Amerika Serikat, sampai dengan saat ini Silicon valley disebut sebagai pembangunan kawasan industri yang paling sukses, sekaligus sebagai pusat inovasi dunia, terutama dibidang teknologi informasi.
Secara geografis, Silicon Valley memiliki luas wilayah sekitar 2,980 km2, dihuni populasi kurang-lebih sebanyak 3.0 juta jiwa. Industri-industri yang terdapat di area ini rata-rata menghasilkan pendapatan hingga US$ 122 ribu per tahun.
Tercatat pula bahwa pendapatan per kapita di kawasan Silicon Valley pada 2014 mencapai US$ 79.1 ribu, atau meningkat US$ 1,460 dari tahun sebelumnya (Joint Venture Silicon Valley, 2016 Silicon Valley Index: People, Economy, Society, Place, Governance, 2016).
Adapun tenaga kerja di lingkungan Silicon Valley mayoritas berisi individu yang berlatar pendidikan tinggi, setidaknya ada lebih dari 70% tenaga kerja merupakan lulusan diploma, sarjana, serta pendidikan pasca sarjana. Tenaga kerja tersebut berasal dari berbagai wilayah, baik yang merupakan penduduk lokal maupun imigran dari negara lain.
Disamping itu, rata-rata produktivitas tenaga kerja di Silicon Valley pada 2013 lebih tinggi sekitar 62% apabila dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja Amerika Serikat di area lain. Produktivitas ini mendorong tingginya daya saing produk dan jasa yang dihasilkan di kawasan Silicon Valley.
Sementara industri yang terkait dengan inovasi menyumbang sekitar 33% dari total output pada 2013, dan mempekerjakan lebih dari 26% tenaga kerja dari total tenaga kerja yang ada dalam area tersebut.
Inovasi, yang diukur dengan jumlah hak paten (registered patent) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan laju yang tergolong pesat. Pada 2014 ada sekitar 19.40 ribu hak paten yang dihasilkan, meningkat dari tahun sebelumnya yang berada diangka 16.97 ribu.
Apabila digambarkan secara periodisasi, maka perkembangan kawasan Silicon Valley bisa dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
- Era 1950’an – 1978’an atau disebut dengan first wave. Pada era ini industri-industri lebih terfokus pada bidang pertahanan dan militer.
- Era 1979’an – 1986’an atau second wave. Periode ini merupakan era jaringan terintegrasi (integrated circuit), antara lain berupa teknologi semikonduktor dan prosesor komputer.
- Era 1987’an – 1996’an atau third wave. Gelombang ketiga merupakan era komputer pribadi (personal computer). Di fase ini mulai dikembangkan pemanfaatan komputer, baik untuk kepentingan pribadi maupun bisnis.
- Era 1997’an – 2005’an atau fourth wave. Gelombang keempat ditandai dengan era internet dan konektivitas antar jaringan, serta bangkitnya raksasa-raksasa industri seperti Google dan Netscape.
- Era 2006’an – 2013’an atau fifth wave. Gelombang kelima merupakan era sosial media, dimana koneksi antar individu dan wilayah bisa dilakukan melalui percakapan jarak jauh serta tatap muka via dunia virtual. Pada fase ini ditandai dengan kebangkitan industri sosial media, seperti LinkedIn dan Facebook.
Sementara Milner menyatakan bahwa salah satu milestone dalam perkembangan cluster ini dimulai ketika Stanford University mengembangkan penelitian-penelitian dan merealisasikan temuan-temuan studi kedalam bisnis dan industri.
Pada 1930’an, seorang profesor dari Stanford University, Fredrick Terman mengajak mahasiswanya saat itu, William Hewlett dan David Packard untuk memulai sebuah bisnis berupa produksi audio-oscilator. Bisnis tersebut kemudian menjelma menjadi salah satu industri yang dikenal diseluruh dunia, yakni Hewlett-Packard, dengan bermacam produk mulai dari komputer desktop, laptop, printer, dan perangkat lainnya.
Dalam perkembangannya, di 1970’an muncul ilmuwan-ilmuwan muda seperti Steve Jobs dan Steve Wozniak yang menggagas lahirnya produk komputer Apple.
Kemudian periode 1994 muncul lagi entrepreneur-entrepreneur baru, diantaranya Jerry Yang dan David Filo yang menjadi pelopor lahirnya mesin pencari Yahoo! (Yahoo! search engine) (Milner, Nick, A Brief History of Silicon Valley, 2008).
Secara garis besar, Silicon Valley merupakan rumah bagi lebih dari 20 ribu perusahaan berteknologi tinggi (high-tech companies), seperti Hewlett-Packard, Intel, Apple, eBay, Yahoo, dan lain-lain, serta para profesional yang penuh dedikasi dalam mengembangkan inovasi.
Ada beberapa poin penting yang bisa dipelajari dari model cluster-based economy seperti yang ditunjukkan oleh Silicon Valley, diantaranya:
- Industri yang menjadi besar dan berhasil adalah industri yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan perkembangan jaman. Inovasi menjadi kata kunci dalam mewujudkan keberhasilan tersebut.
- Beberapa individu/kelompok yang berjiwa wirausaha (entrepreneurship) ternyata mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan, yang pada gilirannya bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan membawa dampak besar pada perekonomian ditingkat nasional maupun global.
- Adanya kerangka kerja menuju kesuksesan. Kerangka kerja ini memberi petunjuk bagi para entrepreneur baru yang akan menapaki dunia usaha, sehingga bisa mengikuti keberhasilan yang telah dicapai oleh para pendahulu'nya.
Pada akhirnya, melalui nama-nama besar yang lahir di Silicon Valley, diperoleh pelajaran penting bahwa dengan komitmen, tujuan yang terarah, serta pengembangan inovasi, akan membentuk peta menuju kesuksesan. **
ARTIKEL TERKAIT :
Peran dan Tantangan Industri FinTech (Financial Technology) dalam Perekonomian
Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)
Mengenal Konsep Ekonomi Berbasis Kreativitas (Creative-based Economy)
Memahami Konsep Ekonomi Berbasis Pengetahuan (Knowledge-based Economy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar