Consumer Confidence Index (CCI) atau indeks keyakinan konsumen menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kinerja perekonomian, khususnya terkait dengan tingkat konsumsi masyarakat serta proyeksi perekonomian jangka pendek. CCI juga menjadi salah satu data penting bagi para pelaku perdagangan di pasar uang (forex market). Tulisan ini akan mengupas pengertian dasar Consumer Confidence Index dan fungsinya dalam perekonomian.
Secara konseptual, Consumer Confidence Index (beberapa literatur menggunakan istilah Consumer Sentiment Index) merupakan alat ukur yang digunakan untuk meneliti perilaku konsumen rumahtangga (household sector) atas berbagai faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama terkait spending (pengeluaran rumahtangga) dan saving (tabungan).
Consumer Confidence Index pada awalnya dikembangkan oleh George Katona pada 1951. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran indeks ini adalah untuk mengetahui persepsi dan respon konsumen mengenai situasi bisnis dan prospek pekerjaan (Katona, George. Psychological Analysis of Economic Behavior, 1951).
Mengingat bahwa untuk mengukur indeks keyakinan konsumen dilakukan melalui survei, maka terdapat beberapa acuan baku (benchmark) yang mesti dipenuhi, misalnya metode survei (apakah melalui kuesioner, telepon, email), banyaknya sampel yang diambil, periode waktu dilakukannya survei, dan sebagainya.
Secara umum, pertanyaan yang dikemukakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen adalah sebagai berikut:
Pertanyaan-pertanyaan diatas hanyalah gambaran sederhana tentang bagaimana menilai tingkat keyakinan konsumen melalui metode-metode kuantitatif.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa muncul beberapa alternatif jawaban, misalnya terjadi perubahan terhadap kondisi perekonomian domestik (entah menjadi semakin baik atau sebaliknya) atau tidak ada perubahan signifikan. Terkait dengan keyakinan atas kondisi perekonomian secara umum, harapan yang dimiliki objek penelitian bisa jadi sangat optimistis, tidak terlalu yakin, hingga pesimistis.
Pada intinya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survei tersebut berhubungan langsung dengan faktor makroekonomi (kondisi perekonomian nasional) serta mikroekonomi (kondisi keuangan rumahtangga), yang ditinjau dari pelaku ekonomi ditingkat yang paling kecil (household sector).
Dengan kata lain, perubahan pada indeks keyakinan konsumen berkaitan dengan konsumsi riil masyarakat (consumption), pendapatan yang diperoleh sektor rumahtangga (household income), kekayaan yang dimiliki (saving, investment), serta tingkat suku bunga yang berlaku (interest rate).
Namun demikian, dalam realita’nya terdapat faktor-faktor yang bisa menimbulkan deviasi (penyimpangan) terhadap metode penelitian yang digunakan.
Faktor-faktor ini meskipun tidak secara signifikan mempengaruhi hasil survei, tetapi tetap harus dipahami. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
Sebagai catatan, dalam perdagangan di pasar uang (forex market), data Consumer Confidence Index menjadi salah satu sumber informasi penting bagi pergerakan nilai tukar mata uang (meskipun dalam jangka pendek), terutama apabila berasal dari negara-negara dengan mata uang kuat seperti Amerika Serikat dan Euro Zone.
Dalam hal ini, semakin tinggi angka yang dihasilkan pada Consumer Confidence Index (yang menunjukkan semakin tingginya tingkat keyakinan konsumen), cenderung akan meningkatkan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Laporan mengenai indeks keyakinan konsumen yang biasanya disajikan setiap bulan juga dijadikan sebagai salah satu indikator yang dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, baik oleh otoritas kebijakan publik (pemerintah), investor, maupun trader.
Sebagai penutup, Consumer Confidence Index (CCI) atau indeks keyakinan konsumen menjadi salah satu metode untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen sektor rumahtangga terhadap kondisi perekonomian nasional serta kemampuan ekonomi yang mereka miliki dalam pengambilan keputusan, terkait konsumsi, tabungan, dan investasi. **
ARTIKEL TERKAIT :
Mengenal Konsep Inflasi dalam Perekonomian
Kartel, Struktur Pasar Monopolistik, dan Inefisiensi Ekonomi
Merkantilisme dalam Sejarah Perekonomian dan Perdagangan Dunia
Konsep Purchasing Power Parity dan Pemanfaatannya dalam Perdagangan dan Pasar Uang
Secara konseptual, Consumer Confidence Index (beberapa literatur menggunakan istilah Consumer Sentiment Index) merupakan alat ukur yang digunakan untuk meneliti perilaku konsumen rumahtangga (household sector) atas berbagai faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama terkait spending (pengeluaran rumahtangga) dan saving (tabungan).
Consumer Confidence Index pada awalnya dikembangkan oleh George Katona pada 1951. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran indeks ini adalah untuk mengetahui persepsi dan respon konsumen mengenai situasi bisnis dan prospek pekerjaan (Katona, George. Psychological Analysis of Economic Behavior, 1951).
Mengingat bahwa untuk mengukur indeks keyakinan konsumen dilakukan melalui survei, maka terdapat beberapa acuan baku (benchmark) yang mesti dipenuhi, misalnya metode survei (apakah melalui kuesioner, telepon, email), banyaknya sampel yang diambil, periode waktu dilakukannya survei, dan sebagainya.
Secara umum, pertanyaan yang dikemukakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen adalah sebagai berikut:
- Bagaimana kondisi keuangan sektor rumahtangga dalam duabelas bulan terakhir?
- Bagaimana perkiraan mengenai kondisi keuangan rumahtangga dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi terkait kondisi keuangan tersebut, sampai dengan duabelas bulan kedepan?
- Bagaimana harapan atas perkembangan situasi perekonomian domestik dalam duabelas bulan kedepan?
- Dalam kondisi perekonomian saat ini, apakah menjadi saat yang tepat untuk membelanjakan penghasilan, misalnya untuk membeli barang-barang elektronik atau perabotan rumahtangga?
Pertanyaan-pertanyaan diatas hanyalah gambaran sederhana tentang bagaimana menilai tingkat keyakinan konsumen melalui metode-metode kuantitatif.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa muncul beberapa alternatif jawaban, misalnya terjadi perubahan terhadap kondisi perekonomian domestik (entah menjadi semakin baik atau sebaliknya) atau tidak ada perubahan signifikan. Terkait dengan keyakinan atas kondisi perekonomian secara umum, harapan yang dimiliki objek penelitian bisa jadi sangat optimistis, tidak terlalu yakin, hingga pesimistis.
Pada intinya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survei tersebut berhubungan langsung dengan faktor makroekonomi (kondisi perekonomian nasional) serta mikroekonomi (kondisi keuangan rumahtangga), yang ditinjau dari pelaku ekonomi ditingkat yang paling kecil (household sector).
Dengan kata lain, perubahan pada indeks keyakinan konsumen berkaitan dengan konsumsi riil masyarakat (consumption), pendapatan yang diperoleh sektor rumahtangga (household income), kekayaan yang dimiliki (saving, investment), serta tingkat suku bunga yang berlaku (interest rate).
Namun demikian, dalam realita’nya terdapat faktor-faktor yang bisa menimbulkan deviasi (penyimpangan) terhadap metode penelitian yang digunakan.
Faktor-faktor ini meskipun tidak secara signifikan mempengaruhi hasil survei, tetapi tetap harus dipahami. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
- Perkembangan dunia usaha dan persaingan dalam bisnis telah membuat banyak pelaku bisnis (khususnya di sektor ritel) menyediakan fasilitas kredit bebas bunga angsuran, sehingga meski kondisi perekonomian memburuk sekalipun, para konsumen sektor rumahtangga tetap mampu melakukan belanja konsumsi.
- Semakin tinggi tingkat kemampuan ekonomi suatu rumahtangga, maka kondisi perekonomian tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk spending, berbeda halnya jika kemampuan ekonomi rumahtangga yang diteliti termasuk dalam kategori rendah. Dengan kata lain, rumahtangga yang memiliki penghasilan tinggi cenderung tidak ‘sensitif’ terhadap harga barang-barang konsumsi.
- Terdapat faktor-faktor non-ekonomi yang mempengaruhi tingkat keyakinan konsumen dan pada gilirannya mempengaruhi perilaku konsumsi, misalnya menjelang masa pemilihan umum (karena ada kekhawatiran terjadi huru-hara), atau ketika terjadi bencana alam dalam rentang waktu yang cukup lama (sehingga mempengaruhi stok bahan makanan yang tersedia di pasar).
Sebagai catatan, dalam perdagangan di pasar uang (forex market), data Consumer Confidence Index menjadi salah satu sumber informasi penting bagi pergerakan nilai tukar mata uang (meskipun dalam jangka pendek), terutama apabila berasal dari negara-negara dengan mata uang kuat seperti Amerika Serikat dan Euro Zone.
Dalam hal ini, semakin tinggi angka yang dihasilkan pada Consumer Confidence Index (yang menunjukkan semakin tingginya tingkat keyakinan konsumen), cenderung akan meningkatkan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Laporan mengenai indeks keyakinan konsumen yang biasanya disajikan setiap bulan juga dijadikan sebagai salah satu indikator yang dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, baik oleh otoritas kebijakan publik (pemerintah), investor, maupun trader.
Sebagai penutup, Consumer Confidence Index (CCI) atau indeks keyakinan konsumen menjadi salah satu metode untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen sektor rumahtangga terhadap kondisi perekonomian nasional serta kemampuan ekonomi yang mereka miliki dalam pengambilan keputusan, terkait konsumsi, tabungan, dan investasi. **
ARTIKEL TERKAIT :
Mengenal Konsep Inflasi dalam Perekonomian
Kartel, Struktur Pasar Monopolistik, dan Inefisiensi Ekonomi
Merkantilisme dalam Sejarah Perekonomian dan Perdagangan Dunia
Konsep Purchasing Power Parity dan Pemanfaatannya dalam Perdagangan dan Pasar Uang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar