Seperti kita ketahui bahwa salah satu tujuan yang tercantum dalam agenda the Sustainable Development Goals (SDGs) adalah untuk mengeliminasi kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan nutrisi, serta mempromosikan sektor agrikultur yang berkesinambungan.
Adapun salah satu target dari tujuan diatas adalah untuk memastikan akses bagi semua orang, terutama kaum miskin dan anak-anak, pada sumber makanan sehat dan bernutrisi, serta pada persediaan pangan yang memadai. Pada tulisan kali ini kita akan mempelajari salah satu produk utama pangan dunia, yakni beras (rice), dan mencermati perkembangan produksi beras secara global.
Menurut salah satu penelitian, terdapat empat tipe utama beras, yakni Japonica, Indica, Aromatic Rice, dan Glutinous Rice. Beberapa hal yang membedakan keempat tipe beras tersebut antara lain pada area dimana tanaman padi tumbuh serta karakteristik beras setelah dimasak menjadi nasi.
Beras tipe Japonica tumbuh dengan sangat baik di lingkungan dengan temperatur sedang dan memiliki sifat yang cenderung lengket (glutinous) setelah mengalami proses pemasakan. Negara Jepang menjadi produsen utama beras dengan tipe seperti ini. Di beberapa negara lain, beras ini biasa disebut dengan Sushi Rice.
Sedangkan beras tipe Indica pada umumnya berukuran lebih panjang dan tidak lengket (non glutinous) pada saat dimasak. Beras dengan jenis seperti ini biasanya dikembangbiakkan di wilayah Asia bagian selatan dan Amerika. Beras Indica merupakan tipe beras yang paling dominan diperdagangkan di penjuru dunia, dengan volume sekitar 80% dari total perdagangan global.
Sementara Aromatic Rice atau beras beraroma dikenal karena bau dan rasa yang harum (seperti sejenis kacang). Termasuk jenis aromatic rice adalah beras Basmati yang banyak diproduksi di negara Pakistan.
Beras jenis Glutinous Rice merupakan beras yang sangat lengket ketika dimasak. Beras seperti ini banyak dijumpai di wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, beras jenis ini dikenal dengan istilah beras ketan atau ketan (JCR-VIS. Rice Sector, January 2016).
Lebih lanjut, produksi beras dunia banyak disumbang dari negara-negara di kawasan Asia. Beberapa negara penghasil beras terbesar di dunia adalah China, India, Indonesia, Bangladesh, Vietnam, dan Thailand.
Menurut laporan the Food and Agriculture Organization (FAO), pasar beras global mengalami penurunan signifikan dari periode 2014-2015 yang menghasilkan produksi beras sebanyak 494.3 juta ton (beras giling), dibandingkan dengan perkiraan pada 2015-2016 yang mencapai produksi sebesar 490.1 juta ton, atau diproyeksikan mengalami penurunan sebesar 4.2 juta ton.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan produksi beras dunia, antara lain adanya perubahan cuaca (climate change) yang tidak menentu sepanjang 2016, yang disertai dengan berbagai fenomena alam seperti badai El-Nino, bencana kekeringan, serta bencana banjir yang terjadi dibanyak negara yang menjadi lumbung tanaman padi.
Adapun negara-negara yang mengalami penurunan terbesar dalam produksi beras adalah Indonesia, Kamboja, Nepal, Pakistan, Phillipina, Sri Lanka, dan Thailand (Food and Agriculture Organization of the United Nations. Food Outlook: Biannual Report on Global Food Markets, June 2016).
Dalam laporan berbeda, FAO mencatat akibat makin menurunnya ketersediaan sumber pangan utama, setidaknya terdapat 793 juta penduduk di bumi yang masih kekurangan bahan pangan yang cukup untuk menunjang kehidupan secara aktif dan sehat.
Negara-negara seperti Madagaskar, Zambia, Irak, Pantai Gading, Uganda, bahkan Korea Utara merupakan pihak-pihak terdampak dari hal tersebut, dengan kondisi kelaparan yang termasuk dalam kategori merah (Food and Agriculture Organization of the United Nations. FAO Hunger Map 2015).
Sementara menurut data the United States Department of Agriculture (USDA), produksi beras global pada 2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan kembali setelah sebelumnya terkena imbas dari berbagai faktor lingkungan seperti badai El-Nino dan kekeringan yang melanda beberapa wilayah.
Menurut laporan yang dirilis pada November 2016, total produksi beras hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai angka 483.8 juta ton, meningkat dari perkiraan sebelumnya yang berada pada kisaran 483.3 juta ton.
Proyeksi peningkatan kapasitas produksi beras tersebut terutama disumbangkan dari negara penghasil beras terbesar, seperti China, India, dan Indonesia, yang diperkirakan akan mengalami kenaikan produksi yang signifikan (United States Department of Agriculture. World Agricultural Production, November 2016).
Meski proyeksi USDA atas produksi beras mengalami peningkatan secara global, namun jika dibandingkan dengan data yang dirilis oleh FAO, angka yang disajikan oleh USDA masih jauh dari kecukupan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia.
Sebagai penutup, catatan-catatan diatas menunjukkan bahwa dampak penurunan produksi tanaman padi diseluruh dunia, terutama di benua Asia, yang disebabkan oleh faktor perubahan cuaca dan bencana alam, berkontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan beras dalam skala global. **
ARTIKEL TERKAIT :
Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018
Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus
Ancaman Nyata Kejahatan di Sektor Pangan (Food Crime)
Problem Ketahanan Pangan Global
Adapun salah satu target dari tujuan diatas adalah untuk memastikan akses bagi semua orang, terutama kaum miskin dan anak-anak, pada sumber makanan sehat dan bernutrisi, serta pada persediaan pangan yang memadai. Pada tulisan kali ini kita akan mempelajari salah satu produk utama pangan dunia, yakni beras (rice), dan mencermati perkembangan produksi beras secara global.
Menurut salah satu penelitian, terdapat empat tipe utama beras, yakni Japonica, Indica, Aromatic Rice, dan Glutinous Rice. Beberapa hal yang membedakan keempat tipe beras tersebut antara lain pada area dimana tanaman padi tumbuh serta karakteristik beras setelah dimasak menjadi nasi.
Beras tipe Japonica tumbuh dengan sangat baik di lingkungan dengan temperatur sedang dan memiliki sifat yang cenderung lengket (glutinous) setelah mengalami proses pemasakan. Negara Jepang menjadi produsen utama beras dengan tipe seperti ini. Di beberapa negara lain, beras ini biasa disebut dengan Sushi Rice.
Sedangkan beras tipe Indica pada umumnya berukuran lebih panjang dan tidak lengket (non glutinous) pada saat dimasak. Beras dengan jenis seperti ini biasanya dikembangbiakkan di wilayah Asia bagian selatan dan Amerika. Beras Indica merupakan tipe beras yang paling dominan diperdagangkan di penjuru dunia, dengan volume sekitar 80% dari total perdagangan global.
Sementara Aromatic Rice atau beras beraroma dikenal karena bau dan rasa yang harum (seperti sejenis kacang). Termasuk jenis aromatic rice adalah beras Basmati yang banyak diproduksi di negara Pakistan.
Beras jenis Glutinous Rice merupakan beras yang sangat lengket ketika dimasak. Beras seperti ini banyak dijumpai di wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, beras jenis ini dikenal dengan istilah beras ketan atau ketan (JCR-VIS. Rice Sector, January 2016).
Lebih lanjut, produksi beras dunia banyak disumbang dari negara-negara di kawasan Asia. Beberapa negara penghasil beras terbesar di dunia adalah China, India, Indonesia, Bangladesh, Vietnam, dan Thailand.
Menurut laporan the Food and Agriculture Organization (FAO), pasar beras global mengalami penurunan signifikan dari periode 2014-2015 yang menghasilkan produksi beras sebanyak 494.3 juta ton (beras giling), dibandingkan dengan perkiraan pada 2015-2016 yang mencapai produksi sebesar 490.1 juta ton, atau diproyeksikan mengalami penurunan sebesar 4.2 juta ton.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan produksi beras dunia, antara lain adanya perubahan cuaca (climate change) yang tidak menentu sepanjang 2016, yang disertai dengan berbagai fenomena alam seperti badai El-Nino, bencana kekeringan, serta bencana banjir yang terjadi dibanyak negara yang menjadi lumbung tanaman padi.
Adapun negara-negara yang mengalami penurunan terbesar dalam produksi beras adalah Indonesia, Kamboja, Nepal, Pakistan, Phillipina, Sri Lanka, dan Thailand (Food and Agriculture Organization of the United Nations. Food Outlook: Biannual Report on Global Food Markets, June 2016).
Dalam laporan berbeda, FAO mencatat akibat makin menurunnya ketersediaan sumber pangan utama, setidaknya terdapat 793 juta penduduk di bumi yang masih kekurangan bahan pangan yang cukup untuk menunjang kehidupan secara aktif dan sehat.
Negara-negara seperti Madagaskar, Zambia, Irak, Pantai Gading, Uganda, bahkan Korea Utara merupakan pihak-pihak terdampak dari hal tersebut, dengan kondisi kelaparan yang termasuk dalam kategori merah (Food and Agriculture Organization of the United Nations. FAO Hunger Map 2015).
Sementara menurut data the United States Department of Agriculture (USDA), produksi beras global pada 2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan kembali setelah sebelumnya terkena imbas dari berbagai faktor lingkungan seperti badai El-Nino dan kekeringan yang melanda beberapa wilayah.
Menurut laporan yang dirilis pada November 2016, total produksi beras hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai angka 483.8 juta ton, meningkat dari perkiraan sebelumnya yang berada pada kisaran 483.3 juta ton.
Proyeksi peningkatan kapasitas produksi beras tersebut terutama disumbangkan dari negara penghasil beras terbesar, seperti China, India, dan Indonesia, yang diperkirakan akan mengalami kenaikan produksi yang signifikan (United States Department of Agriculture. World Agricultural Production, November 2016).
Meski proyeksi USDA atas produksi beras mengalami peningkatan secara global, namun jika dibandingkan dengan data yang dirilis oleh FAO, angka yang disajikan oleh USDA masih jauh dari kecukupan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia.
Sebagai penutup, catatan-catatan diatas menunjukkan bahwa dampak penurunan produksi tanaman padi diseluruh dunia, terutama di benua Asia, yang disebabkan oleh faktor perubahan cuaca dan bencana alam, berkontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan beras dalam skala global. **
ARTIKEL TERKAIT :
Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018
Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus
Ancaman Nyata Kejahatan di Sektor Pangan (Food Crime)
Problem Ketahanan Pangan Global
Tidak ada komentar:
Posting Komentar