Sampai sejauh ini, kita telah memahami Teori Konsumsi Keynes dan Kurva Fungsi Konsumsi. Untuk materi kali ini, kita akan mempelajari konsep Keynesian Cross sebagai pondasi untuk memahami model IS.
1. PENGERTIAN KEYNESIAN CROSS.
Pada prinsipnya, kurva IS menjelaskan hubungan antara suku bunga (interest rate) dengan tingkat pendapatan (level of income) yang ada di pasar barang.
Untuk memahami konstruksi kurva IS, kita perlu terlebih dahulu mengerti konsep Keynesian Cross.
Keynesian Cross pada dasarnya merupakan interpretasi sederhana atas teori Keynes tentang bagaimana level pendapatan nasional (national income) ditentukan, sekaligus menjadi pondasi konsep yang lebih kompleks, yakni model IS-LM.
Keynes menyatakan bahwa dalam jangka pendek, total income ditentukan oleh rencana pengeluaran/belanja sektor rumahtangga (households), perusahaan (firms), dan pemerintah (government) (Ingat! Y ≡ C + I + G).
Secara sederhana, pandangan Keynes tersebut mengandung arti sebagai berikut:
Pandangan inilah yang menjadi salah satu basis pendapat Keynes tentang pemicu krisis ekonomi Amerika Serikat di era 1930’an (the Great Depression), yakni kurangnya aktivitas belanja.
Pendapat Keynes tersebut dijelaskan melalui konsep Keynesian Cross.
Terdapat dua instrumen penting dalam Keynesian Cross, yakni:
"Mengapa dibedakan antara AE dan PE?"
Karena ada kemungkinan, misalnya perusahaan tidak mampu menjual output sesuai rencana; artinya, terdapat output yang tidak terjual. Output ini menjadi persediaan barang (inventory), sekaligus menjadi komponen investasi (I) bagi perusahaan.
Dengan demikian, ekonomi akan mencapai ekuilibrium apabila besarnya actual expenditure sama dengan expected expenditure.
Persamaannya sebagai berikut:
Jika ekuilibrium tercapai ketika AE = PE, sementara AE = GDP, maka kita bisa membuat persamaan baru seperti berikut:
Sekarang kita menggunakan asumsi perekonomian tertutup, dimana Y ≡ GDP ≡ C + I + G.
Maka jika persamaan diatas digabungkan, akan menjadi:
Untuk saat ini, kita asumsikan T, I, dan G, merupakan faktor tetap (exogenous factor).
Dengan demikian PE bisa dilihat sebagai fungsi pendapatan, dimana besarnya PE ditentukan oleh besarnya income (prinsip ini mengingatkan kita kembali pada materi fungsi konsumsi, dimana besarnya konsumsi ditentukan oleh besarnya income).
Kurva Planned Expenditure terlihat seperti pada Gambar 1.
keterangan:
2. KURVA KEYNESIAN CROSS.
Dari pemahaman diatas, kita bisa menggambarkan kurva AE dan PE dalam sebuah diagram.
Relasi antara kurva AE dan kurva PE inilah yang disebut dengan Keynesian Cross.
Kurva Keynesian Cross terlihat sebagai berikut:
keterangan:
3. PENYESUAIAN EKUILIBRIUM.
Seperti kita pahami sebelumnya, ekuilibrium tercapai saat AE = PE.
"Lantas bagaimana jika AE ≠ PE, bagaimana perekonomian menyesuaikan diri menuju ekuilibrium?"
Dalam hal ini, komponen persediaan barang (inventory) memainkan peranan.
Logika berpikirnya demikian:
Penjelasannya bisa dilihat melalui Gambar 3. dibawah ini.
keterangan:
Situasi I:
Demikian penjelasan tentang konsep Keynesian Cross dan tercapainya ekuilibrium. *
Referensi:
Mengenal Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) dalam Konsep Pasar Barang (Goods Market)
Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi Konsumsi
Materi selanjutnya:
Pergeseran Ekuilibrium Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal
Memahami Terbentuknya Kurva IS
1. PENGERTIAN KEYNESIAN CROSS.
Pada prinsipnya, kurva IS menjelaskan hubungan antara suku bunga (interest rate) dengan tingkat pendapatan (level of income) yang ada di pasar barang.
Untuk memahami konstruksi kurva IS, kita perlu terlebih dahulu mengerti konsep Keynesian Cross.
Keynesian Cross pada dasarnya merupakan interpretasi sederhana atas teori Keynes tentang bagaimana level pendapatan nasional (national income) ditentukan, sekaligus menjadi pondasi konsep yang lebih kompleks, yakni model IS-LM.
Keynes menyatakan bahwa dalam jangka pendek, total income ditentukan oleh rencana pengeluaran/belanja sektor rumahtangga (households), perusahaan (firms), dan pemerintah (government) (Ingat! Y ≡ C + I + G).
Secara sederhana, pandangan Keynes tersebut mengandung arti sebagai berikut:
- semakin banyak jumlah yang dibelanjakan, semakin banyak pula output barang/jasa yang bisa terjual.
- semakin banyak kuantitas penjualan dari perusahaan, semakin banyak pula output yang mereka produksi dan semakin banyak juga serapan tenaga kerja.
Pandangan inilah yang menjadi salah satu basis pendapat Keynes tentang pemicu krisis ekonomi Amerika Serikat di era 1930’an (the Great Depression), yakni kurangnya aktivitas belanja.
Pendapat Keynes tersebut dijelaskan melalui konsep Keynesian Cross.
Terdapat dua instrumen penting dalam Keynesian Cross, yakni:
- Actual Expenditure (AE) atau pengeluaran aktual. Ini merupakan jumlah pengeluaran riil dari sektor rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah, untuk belanja barang/jasa. AE ini tidak lain adalah GDP (Ingat! Y ≡ Z ≡ GDP).
- Planned Expenditure (PE) atau rencana pengeluaran. Ini menunjukkan pengeluaran yang direncanakan/disiapkan oleh sektor rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah, untuk belanja barang/jasa.
"Mengapa dibedakan antara AE dan PE?"
Karena ada kemungkinan, misalnya perusahaan tidak mampu menjual output sesuai rencana; artinya, terdapat output yang tidak terjual. Output ini menjadi persediaan barang (inventory), sekaligus menjadi komponen investasi (I) bagi perusahaan.
Dengan demikian, ekonomi akan mencapai ekuilibrium apabila besarnya actual expenditure sama dengan expected expenditure.
Persamaannya sebagai berikut:
Jika ekuilibrium tercapai ketika AE = PE, sementara AE = GDP, maka kita bisa membuat persamaan baru seperti berikut:
Sekarang kita menggunakan asumsi perekonomian tertutup, dimana Y ≡ GDP ≡ C + I + G.
Maka jika persamaan diatas digabungkan, akan menjadi:
Untuk saat ini, kita asumsikan T, I, dan G, merupakan faktor tetap (exogenous factor).
Dengan demikian PE bisa dilihat sebagai fungsi pendapatan, dimana besarnya PE ditentukan oleh besarnya income (prinsip ini mengingatkan kita kembali pada materi fungsi konsumsi, dimana besarnya konsumsi ditentukan oleh besarnya income).
Kurva Planned Expenditure terlihat seperti pada Gambar 1.
keterangan:
- ingat kembali, pada fungsi konsumsi terdapat autonomous consumption (selalu ada konsumsi meskipun pendapatan sebesar nol), prinsip ini juga berlaku untuk kurva PE.
2. KURVA KEYNESIAN CROSS.
Dari pemahaman diatas, kita bisa menggambarkan kurva AE dan PE dalam sebuah diagram.
Relasi antara kurva AE dan kurva PE inilah yang disebut dengan Keynesian Cross.
Kurva Keynesian Cross terlihat sebagai berikut:
keterangan:
- kurva AE merupakan garis lurus membentuk sudut 45˚, dimana Y ≡ PE.
- X adalah titik ekuilibrium, dimana terjadi persinggungan (cross) antara kurva AE dengan kurva PE.
3. PENYESUAIAN EKUILIBRIUM.
Seperti kita pahami sebelumnya, ekuilibrium tercapai saat AE = PE.
"Lantas bagaimana jika AE ≠ PE, bagaimana perekonomian menyesuaikan diri menuju ekuilibrium?"
Dalam hal ini, komponen persediaan barang (inventory) memainkan peranan.
Logika berpikirnya demikian:
- jika keseimbangan ekonomi belum tercapai, maka perusahaan akan melakukan perubahan pada inventory (dengan mengurangi atau menambah). Akibatnya, terjadi perubahan pada tingkat produksi.
- perubahan tingkat produksi pada gilirannya akan memicu perubahan pada expenditure dan level of income (Ingat lagi hukum permintaan-penawaran!), sehingga akan mendorong ekonomi menuju ekuilibrium.
Penjelasannya bisa dilihat melalui Gambar 3. dibawah ini.
keterangan:
Situasi I:
- saat perusahaan berproduksi di level Y1, maka PE < AE (besanya adalah selisih antara PE1 dengan Y1, atau a).
- dalam hal ini, perusahaan memproduksi output lebih banyak dari kebutuhan, sehingga menambah jumlah persediaan barang.
- hal ini mendorong perusahaan untuk mengurangi kapasitas produksi, sehingga berdampak pada penurunan pendapatan.
- kondisi ini akan mendorong perekonomian menuju ekuilibrium.
- ketika perusahaan berproduksi di level Y2, maka PE > AE (besarnya adalah selisih antara PE2 dengan Y2, atau b); artinya penjualan mengalami peningkatan.
- akibatnya, inventory akan berkurang.
- untuk itu, perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi.
- peningkatan produksi akan memicu peningkatan jumlah tenaga kerja, pendapatan, serta GDP.
- hal tersebut akan mendorong perekonomian menuju ekuilibrium.
Demikian penjelasan tentang konsep Keynesian Cross dan tercapainya ekuilibrium. *
Referensi:
- Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). Macroeconomics, 6th Edition. Pearson Education, Inc.
- Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). Macroeconomics, 11th Edition, McGraw-Hill.
- Mankiw, N. Gregory. (2010). Macroeconomics, 7th Edition, Worth Publishing.
Mengenal Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) dalam Konsep Pasar Barang (Goods Market)
Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi Konsumsi
Materi selanjutnya:
Pergeseran Ekuilibrium Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal
Memahami Terbentuknya Kurva IS
sangat membantu terimakasih
BalasHapusmudah dimengerti terimakasih!
BalasHapus