Dalam laporannya, IMF memproyeksikan pertumbuhan perekonomian dunia di 2019 diangka 3.0%. Ini menjadi angka perkiraan terendah sejak 2008-2009.
Dari proyeksi tersebut, pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Euro Area berada dikisaran 1.7%, sementara pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang mencapai 3.9%.
Disisi lain, pertumbuhan GDP (current prices) global untuk 2019 mencapai US$ 86.6 triliun, meningkat dari capaian tahun sebelumnya yang berada di level US$ 84.93 triliun.
Dengan total populasi penduduk sebanyak 7.55 miliar jiwa, maka GDP per kapita pada 2019 mencapai US$ 11.46 ribu, sedikit meningkat dari capaian 2018, US$ 11.37 ribu (total penduduk 2018 sebanyak 7.47 miliar jiwa).
Sedangkan angka inflasi untuk tahun ini diperkirakan mencapai 4.7%, turun 0.1% dari inflasi 2018.
Beberapa faktor yang diyakini menjadi penyebab rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi tahun ini antara lain:
- meningkatnya hambatan perdagangan internasional (trade barriers), terutama sebagai akibat eskalasi hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China yang mempengaruhi volume perdagangan internasional negara-negara lain.
- kondisi geopolitik yang tidak stabil di berbagai negara, akibat konflik internal maupun eksternal.
- banyaknya negara yang menitikberatkan pembangunan pada pertumbuhan ekonomi domestik, sehingga mengurangi lalu-lintas perdagangan global.
- rendahnya volume penjualan produk-produk di sektor industri maupun manufaktur, misalnya penurunan volume penjualan mobil, sebagai akibat dari pengetatan aturan emisi gas karbondioksida.
- meningkatnya laju penuaan tenaga kerja, terutama di negara-negara maju, sehingga berdampak negatif terhadap produktivitas dan volume perdagangan.
Sementara untuk 2020, IMF memperkirakan perekonomian global bergerak sedikit membaik hingga 3.4%.
Namun demikian, pertumbuhan tersebut tidak terjadi secara merata, dimana untuk negara-negara maju justru akan mengalami perlambatan hingga 1.0%.
Sedangkan negara-negara berkembang akan menikmati pertumbuhan ekonomi dikisaran 4.6% (International Monetary Fund. World Economic Outlook: Global Manufacturing Downturn, Rising Trade Barriers, October 2019).
Dilain pihak PBB mengungkapkan hal senada dengan laporan IMF, dengan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 diperkirakan hanya mencapai 3.0%, sebagai akibat dari perdebatan terkait kesepakatan perdagangan antar negara yang berdampak buruk pada investasi, penurunan produksi di sektor industri, serta tingginya harga produk ditingkat konsumen.
Berbagai persoalan diatas memperburuk kondisi pasar keuangan, yang ditandai dengan fluktuasi nilai tukar mata uang secara global, serta naiknya tingkat suku bunga kredit akibat ketidakpastian pasar.
Sementara untuk faktor non-ekonomi, perubahan iklim global turut membawa dampak negatif pada perekonomian. Terjadinya bencana alam, kebakaran hutan dan lahan, serta cuaca ekstrim diberbagai wilayah dunia, menjadi alasan turunnya ketersediaan hasil pangan, memburuknya kualitas udara, serta tercemarnya persediaan air bersih.
PBB juga menyebutkan adanya peningkatan angka tenaga kerja di 2019, namun tidak disertai dengan peningkatan kualitas pekerjaan. Hal ini terutama terjadi di wilayah Amerika Latin dan Afrika Selatan.
Jika dilihat secara keseluruhan, saat ini masih terdapat tak kurang dari 190 juta penduduk yang menganggur. Disamping itu ada lebih dari 300 juta tenaga kerja yang masih hidup dalam kemiskinan.
Mayoritas tenaga kerja ini berada di sektor informal atau bekerja pada pekerjaan yang berisiko tinggi. Hal ini tentunya menjadi tantangan berat dalam upaya mewujudkan agenda SDGs (the Sustainable Development Goals) (United Nations. World Economic Situation and Prospects 2019, 2019).
Sementara Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2019 berada dikisaran 2.6%, dan akan sedikit meningkat menjadi 2.7% di tahun depan.
Dari angka tersebut, perekonomian di negara-negara maju hanya mencapai 1.7%, dan masih akan melambat menjadi 1.5% pada 2020.
Sedangkan negara-negara berkembang akan menikmati pertumbuhan rata-rata hingga 4.0% pada 2019, dan meningkat menjadi 4.6% di 2020.
Selain menyoroti problem hambatan perdagangan, Bank Dunia menyatakan jika peningkatan utang pemerintah dan perlambatan ekonomi di negara maju tercatat lebih buruk daripada perkiraan sebelumnya.
Disisi lain, perlambatan ekonomi di negara-negara berkembang terutama diakibatkan oleh adanya penurunan investasi, lemahnya pengawasan terhadap pasar barang dan pasar tenaga kerja, lingkungan usaha yang tidak memiliki daya saing, serta buruknya tata kelola pemerintahan (World Bank. Global Economic Prospects: Heightened Tensions, Subdued Investment, June 2019).
Demikian kondisi terkini perekonomian dunia di 2019. Kita akan terus mencermati perkembangannya kedepan**
ARTIKEL TERKAIT :
Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan
Proyeksi Perekonomian Global di 2019
Melihat Progress Pelaksanaan SDGs (the Sustainable Development Goals)
Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018
The news are really bad. I think, at present, world's economic faces big problems and if people don't solve them, everything can be much worse than we think.
BalasHapusI think that such decline of world's economics is connected with many civil wars which we can watch. I hope soon the situation will be better.
BalasHapus