Menjelang berakhirnya 2020, perekonomian dunia masih dibayangi keterpurukan akibat merebaknya virus corona (covid-19) yang melanda banyak negara.
Berbagai kebijakan ekonomi diambil untuk menanggulangi dampak virus ini, terutama dengan menggerakkan kembali sektor riil yang selama beberapa waktu harus dihentikan dalam upaya mencegah penularan.
Pada artikel ini kita akan melihat perkembangan perekonomian global terkini, setelah lebih dari delapan bulan berada dalam pandemi covid-19.
Dalam laporannya, John Hopkins University & Medicine menyatakan bahwa secara global, terdapat tak kurang dari 46.87 juta kasus covid-19.
Adapun angka kematian akibat pandemi ini mencapai lebih dari 1.2 juta jiwa diseluruh dunia (www.coronavirus.jhu.edu, dikutip pada Selasa, 3 Nopember 2020).
Sementara IMF menyebut jika pandemi covid-19 membuat sekitar 90 juta penduduk dunia berada pada level kemiskinan ekstrim di 2020, dengan pendapatan harian kurang dari US$ 1.90.
Disamping itu IMF juga menyoroti melebarnya jurang pendapatan, utamanya bagi pekerja di sektor informal, pekerja dengan latar pendidikan rendah, serta pekerja perempuan.
Lebih jauh, laporan memproyeksikan perekonomian dunia akan mengalami pertumbuhan negatif pada 2020, yakni dikisaran -4.4%.
Namun demikian, IMF optimis jika perekonomian global akan membaik di 2021 pada level 5.2%, mengingat sudah mulai bangkitnya aktivitas ekonomi dan produksi, terutama di negara-negara maju.
Secara rata-rata, untuk negara-negara maju, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di level -5.8% di 2020, kemudian meningkat ke level 3.9% pada 2021.
Sementara pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang akan mencapai -3.3% tahun ini, dan melonjak hingga 6.0% di tahun depan (International Monetary Fund. World Economic Outlook: A Long and Difficult Ascent, October 2020.)
Disisi lain, Bank Dunia menyatakan jika resesi yang terjadi diberbagai negara pada tahun ini merupakan yang terparah sejak delapan dekade terakhir; dan bila pandemi covid-19 tidak segera teratasi, maka dampak resesi akan semakin buruk mempengaruhi perekonomian global.
Bank Dunia memperkirakan terjadinya penurunan tajam pada pertumbuhan ekonomi global di 2020, yakni dikisaran -5.2%.
Namun begitu, pertumbuhan ekonomi diharapkan membaik pada 2021 di level 4.2% (World Bank. Global Economic Prospects. June 2020).
Sementara menurut WTO, perdagangan global diyakini akan segera pulih, setelah turun drastis di semester pertama 2020.
Disebutkan bahwa perdagangan global pada 2020 mengalami tren negatif hingga 9.2%; tapi WTO optimis jika pertumbuhan perdagangan global akan mencapai 7.2% di 2021, meskipun tren ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan sebelum terjadinya pandemi.
Disisi lain, perekonomian global akan jatuh hingga -4.8% di 2020, dan akan meningkat hingga 4.9% pada 2021 (www.wto.org. Trade shows signs of rebound from COVID-19, recovery still uncertain, dikutip pada Selasa, 3 Nopember 2020).
Berikutnya, World Travel & Tourism Council (WTTC) menegaskan bila pembatasan-pembatasan terkait pariwisata masih diberlakukan, maka berpotensi menghilangkan sekitar 174 juta pekerjaan di sektor pariwisata secara global; padahal sektor ini menyumbang sekitar 10.3% GDP global.
Disamping itu, pembatasan juga akan menghilangkan potensi pendapatan hingga US$ 4.7 triliun dari sektor ini (www.wttc.org. 174m Travel & Tourism jobs could be lost due to COVID-19 and travel restrictions, says WTTC, dikutip pada Selasa, 3 Nopember 2020).
Demikian situasi perekonomian dunia menjelang akhir 2020. Kita akan terus mencermati perkembangan berikutnya. **
ARTIKEL TERKAIT :
Melihat Dampak Virus Corona (Covid-19) pada Perekonomian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar