Salah satu tokoh pemikir utama dalam ilmu ekonomi adalah Adam Smith (1723 - 1790). Ia merupakan peletak dasar konsep ekonomi yang kita kenal dengan mazhab klasik (classical economics).
Dalam tulisan kali ini, kita akan melihat kembali pemikiran-pemikiran Smith yang tertuang dalam karya-karyanya.
Pertama-tama kita mulai dengan mengetahui latar belakang
pendidikan Adam Smith.
Adam Smith lahir di Kirkcaldy, Skotlandia pada
5 Juni 1723.
Ia mengenyam pendidikan tinggi di Universitas
Glasgow, dengan konsentrasi pada studi filsafat moral (moral philosophy).
Setelahnya, Smith mengajar di Universitas
Edinburgh sejak 1748, dan memperoleh gelar profesor dari Universitas Glasgow
pada 1751.
Smith dikenal sebagai sosok yang memiliki pemikiran
mendalam pada masanya. Salah satu karyanya tertuang dalam An Inquiry into
the Nature and Causes of the Wealth of Nations, atau lebih dikenal dengan The
Wealth of Nations, yang terbit pada 1776.
Dilatarbelakangi kehidupan abad ke-18, saat itu
dikenal istilah laissez-faire, yakni filosofi ekonomi yang menekankan pada pengurangan, bahkan peniadaan intervensi pemerintah dalam ekonomi.
Istilah ini juga bisa dimaknai sebagai ‘leave
alone’; dalam arti, semakin kecil intervensi pemerintah dalam aktivitas
ekonomi, semakin baguslah roda perekonomian.
Ekonomi yang berlandaskan prinsip laissez-faire
ini merupakan pondasi dari konsep kapitalisme pasar (free-market capitalism),
yang menjadi bagian penting dari ilmu ekonomi yang kita kenal saat ini.
Pemikiran diataslah yang kemudian menobatkan Adam Smith sebagai pelopor ilmu ekonomi klasik.
Namun ada hal penting yang harus dicatat, meski
menawarkan konsep ekonomi yang bersifat kapitalis, Smith juga menekankan urgensi
moralitas sosial.
Hal ini terbukti dalam karyanya yang berjudul The
Theory of Moral Sentiments (1759).
Dalam buku tersebut, Smith menggarisbawahi
pentingnya rasa simpati (sympathy) sebagai elemen moral dan perilaku
manusia.
Lebih jauh, The Theory of Moral Sentiments
merupakan perpaduan antara kajian psikologi, filsafat, serta ekonomika perilaku
(behavioral economics).
Didalamnya banyak dibahas mengenai pencapaian
kesejahteraan (pursuit of wealth), pencapaian kebahagiaan (pursuit of
happiness), serta keutamaan hidup (virtue).
Adapun beberapa poin penting dalam The Theory of Moral Sentiments, antara lain:
· betapapun
egoisnya seseorang, ia tetap memiliki kepentingan bagi kemanfaatan orang lain,
dan bersedia memberikan kebahagiaan untuk mereka; meski tidak memperoleh apapun.
Ini juga berlaku ketika terjadi kesedihan; saat ada orang lain mengalami
kesedihan, pada suatu momen ia juga ikut merasakan kesedihan itu.
· merasakan
yang orang lain rasakan merupakan bentuk simpati yang timbul dari individu.
· ada
satu hasrat individu yang menonjol, yakni cinta; didalamnya terdapat paduan
antara kemanusiaan, kebaikan, persahabatan, dan kepercayaan diri; yang memunculkan
rasa simpati dalam derajat yang berbeda-beda.
· nilai
keutamaan manusia jauh lebih mulia daripada rasa sakit, kemiskinan, ancaman,
serta kematian.
· sifat
memuliakan kekayaan dan kekuasaan di satu sisi, serta menolak atau memaki
kemiskinan di sisi lain, menimbulkan kesenjangan dalam tatanan bermasyarakat.
Ini merupakan pemicu terjadinya kejahatan korupsi.
· adalah
suatu keharusan bahwa, baik yang kaya maupun yang miskin mendapatkan
penghormatan yang setara.
· setiap
anggota masyarakat berada dalam posisi saling membutuhkan, serta berbagi
penderitaan satu sama lain. Ketika saling membutuhkan tersebut dilandasi dengan
cinta dan persahabatan, terbentuklah masyarakat yang bahagia.
· setiap
individu terjalin dalam kesepakatan bersama, dan berada dalam kebersamaan itu
untuk suatu kepentingan.
· sekalipun
kebersamaan, cinta, dan persahabatan tidak ada, bukan berarti masyarakat tidak
tercipta. Masyarakat masih bisa eksis, sesuai dengan kepentingan individu atau kelompok
yang ada didalamnya.
· masyarakat
tidak akan terbentuk apabila setiap individu saling menyakiti satu sama lain.
· manusia
secara hakiki membutuhkan kebersamaan dengan individu lain, baik untuk
kepentingan pribadi, maupun kepentingan bersama.
Poin-poin diatas menunjukkan bahwa, meski dikenal melalui konsep kapitalisme ekonomi untuk menuju kesejahteraan (welfare), namun Smith
menekankan pentingnya moralitas dalam mencapainya.
Dari perspektif ekonomi, Smith menitikberatkan gagasan pada nilai tenaga kerja (the value of labour); yakni bahwa produktivitas
tenaga kerja merupakan faktor kunci untuk menciptakan kesejahteraan.
Salah satu konsep yang terkenal dalam pandangan
ekonominya adalah the invisible hand.
Menurutnya, ketika individu memaksimalkan
kemampuannya, maka akan tercapai output yang efisien untuk seluruh masyarakat.
Ia menegaskan bahwa upaya individu tersebut
tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat, mengingat upaya ini
termanisfestasi dalam perdagangan bebas antar individu.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan
Smith tentang kapitalisme dan pasar bebas tidak serta merta berfokus pada
kepentingan pribadi untuk memupuk kekayaan dan kesejahteraan; melainkan
berlandaskan pada moralitas.
Pada artikel berikutnya, kita akan membahas karya
masterpiece Smith yang mendunia, The Wealth of Nations. *
Referensi:
1. Rae, John. (1895). Life of Adam Smith, MacMillan & Co.
2. Smith, Adam. (1759). The Theory of Moral Sentiments, 1st Edition, London.
ARTIKEL TERKAIT :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar